Pemilik Perusahaan Otobus atau PO Haryanto, Haji Haryanto, menjadi perbincangan publik. Bermula dari keputusannya memecat anak sulungnya, Rian Mahendra, sebagai direktur operasional perusahaan.
Rian resmi dinonaktifkan 22 Juni 2022. Haji Haryanto mengatakan, Rian telah melakukan kesalahan fatal. Salah satunya, masalah investasi mata uang kripto atau cryptocurrency bitcoin.
Rian menjanjikan ke banyak orang investasi tersebut dengan komisi 20%. Harga bitcoin anjlok, Haji Haryanto lalu harus mengganti miliaran rupiah kerugiannya.
Masalah ini lalu merembet ke urusan keluarga. Rian yang aktif dalam komunitas bus mania, merasa tidak dihargai. Padahal, ia membangun bisnis PO Haryanto sejak awal perusahaan berdiri bersama ayahnya.
“Bayangin saja, saya dipecat dari sebuah perusahaan yang saya ikut berjuang di dalamnya,” kata Rian, dikutip dari Kompas.com, Senin (9/1). Lantas, bagaimana Haji Haryanto memulai bisnisnya?
Sejarah PO Haryanto
Pemilik perusahaan otobus ini bernama lengkap Kopral Kepala (Purn) Hajji Haryanto. Ia mendirikan bisnisnya pada 2002 dan memilih pensiun sebagai TNI Angkatan Darat di Batalyon Artileri Pertahanan Udara RIngan 1/Kostrad, Tangeran, Banten.
Saat menjadi tentara, Haryanto sempat bekerja sampingan. Salah satunya menjadi sopir angkutan kota alias angkot. Dari sini, ia memulai bisnis angkot. Namun, krisis moneter membuat usahanya bangkrut.
Saat awal menikah dan punya satu anak, ia sempat mengontrak rumah di bekas kandang ayam. “Satu-satunya harta saya waktu itu jam dinding,” kata Haryanto saat melakukan wawancara dengan Andy F Noya di kanal YouTube MetroTV.
Haryanto lalu membeli bus-bus yang dijual murah dengan modal utang dari bank. Pria yang lahir Kudus, Jawa Tengah, 63 tahun lalu itu memulai dengan lima bus rute Cikarang-Cimone. Tak langsung sukses, bisnis ini juga sempat jatuh.
Lalu, ia mengalihkan trayek antarkota antarprovinsi, yaitu Jakarta-Kudus, Jakarta-Pati, dan Jakarta-Jepara. Pengalihan ini berbuah positif. PO Haryanto mulai berkembang. Pada 2009, perusahaan ekspansi ke Jawa Timur dengan rute Jakarta-Pamekasan-Sumenep.
Kini PO Haryanto memiliki 250 armada bus. Trayeknya berkembang dari Jakarta hingga Madura dan masuk dalam 10 besar perusahaan otobus terbesar di Indonesia. Bisnisnya berkembang ke usaha rumah makan dan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Profil Haji Haryanto
Haryanto berasal dari keluarga tidak mampu. Ayahnya bekerja buruh kasar, sedangkan ibunya berjualan daging di pasar.
Ia merupakan anak ke-6 dari sembilan bersaudara. “Kehidupan saya dulu sangat sulit,” ucapnya kepada Andy F Noya. Pendidikan terakhirnya adalah sekolah teknik yang setinggi sekolah menengah pertama (SMP). Ketika masuk sekolah teknik menengah, ia tak lulus karena tidak ada biaya.
Sewaktu kecil, ia membantu keluarga dengan berjualan es, menjual rumput, menjadi pembersih hotel, dan kuli bangunan. Saat jadi kuli bangunan, gajinya Rp 400 per bulan. Haryanto ketika itu hanya dapat makan nasi ‘kucing’ dan minum dari air pompa yang mentah. Cita-citanya adalah menjadi tentara.
Haryanto lalu mendaftar dan diterima di Batalyon Artileri Pertahanan Udara Ringan 1/Kostrad. Saat masuk, pangkatnya adalah prajurit dua. Tugas utamanya adalah pengemudi kendaraan berat yang membawa senjata dan meriam.
Usai 20 tahun menjadi tentara, ia banting setir menjadi pengusaha. Gaji tentara, menurut dia, tak cukup untuk menghidupi istri dan tiga anaknya. Karena itu, ia mencari usaha untuk memperbaiki kondisi keluarganya.