Eiger, Produk Asli Indonesia Akui Ambil Barang Produksi dari Cina

twitter @wik_anggoro
Produk perusahaan ritel asal Bandung, Jawa Barat, Eiger.
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
3/5/2023, 15.13 WIB

Eigerindo Multi Produk Industri yang memproduksi produk untuk para pecinta alam akhirnya buka suara perihal isu yang berkembang di masyarakat. Dikenal sebagai jenama lokal, masyarakat kini ramai membicarakan ada produk outdoor ini ternyata berlabel buatan Cina alias made in China

PR Executive Eiger Shulhan Syamsur Rijal membenarkan produk yang viral tersebut asli dikeluarkan oleh Eiger. "Itu memang original produk Eiger. Nomor artikelnya mengarah ke produk topi," kata Shulhan  melalui keterangan resminya, Rabu (3/5).

Dalam penjelasannya tertulis perusahaan merupakan produk lokal atau asli Indonesia, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk memasok produk dari luar negeri seperti Cina. Shulhan menjelaskan Eiger adalah perusahaan ritel dan distribusi sehingga banyak produk yang dihasilkan dari pemasok Indonesia maupun luar Indonesia.

Salah satu alasan perusahaan mengambil produk dari luar negeri adalah teknologi dan bahan yang belum bisa didapat secara masif di Tanah Air. “Jadi sama sekali bukan karena alasan sumber daya manusia, tapi memang kaitannya dengan kualitas bahan yang sesuai dengan standar Eiger. Pasalnya beberapa produk dengan jumlah sangat minor itu tidak bisa disiapkan di Indonesia,” ucap Shulhan. 

Produk yang diimpor dari luar negeri tersebut berupa aksesoris. Misalnya komponen produk jam tangan Eiger, pelengkap untuk mendaki gunung, carabiner, dan lainnya. “Kami pastikan mayoritas produk Eiger adalah hasil karya anak bangsa,” katanya. 

dompet Eiger (eigeradventure.com)

Awal Mula Eiger

Merek asal Bandung ini sudah akrab di telinga masyarakat Indonesia sejak pertama kali muncul pada 1989. Eiger menawarkan peralatan gaya hidup yang menyasar penggiat kegiatan alam terbuka alias outdoor. Nama perusahaan diambil dari salah satu gunung tersulit didaki di dunia dengan ketinggian 3.970 mdpl, yakni Gunung Eiger yang berada di Bernese Alps, Swiss.

Namun, harian Kompas mencatat kiprah jenama outdoor ini sudah dimulai sejak 1953. Kala itu, Ronny Lukito selaku pendiri Eiger meneruskan toko tas ayahnya di rumah kecil di Gang Tamin, Bandung. Ronny memproduksi tas dengan nama Butterfly, sama dengan merek mesin jahit buatan Cina yang dia miliki.

Nama Butterfly berubah menjadi Exxon pada 1979, tapi tidak bertahan lama karena digugat perusahaan minyak Exxon Oil Amerika Serikat. Akhirnya nama perusahaan berubah menjadi Exsport, singkatan dari Exxon Sporty. Barulah disini nama Eiger muncul, bersama dengan Bodypack dan Neosack.

Bila ditelusuri lebih lanjut, ketiga jenama tersebut kini diproduksi oleh PT Eksonindo Multi Product Industry yang sudah beroperasi sejak 1979. Mulanya perusahaan ini hanya memproduksi tas dan perlengkapan dengan merek Exsport.

Barulah pada 1997 lahir merek Bodypack yang mengusung konsep street gear. Setelah tujuh tahun, Bodypack kemudian dikelola mandiri dengan manajemen dan pabrik terpisah. 

Dari laman resmi Eksonindo, diketahui ada tujuh jenis produk Eiger yang diproduksi perusahaan. Mulai dari tas ransel sekaligus tas bahu atau shoulder bag, tas carrier berbagai kapasitas, tas duffel, hingga tas pinggang.

Reporter: Amelia Yesidora