Starlink, Jaringan Satelit Elon Musk yang Bakal Dipakai Indonesia

Instagram/@Starlink_satellites
Menkes Budi Sadikin meminta Starlink, jaringan internet milik Elon Musk untuk memberi akses internet cepat di daerah 3T.
7/8/2023, 14.30 WIB

Kualitas internet di Indonesia sampai saat ini belum bisa mengover akses ke daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin berinisiatif bekerja sama dengan Starlink untuk menyediakan akses internet cepat di Puskesmas daerah 3T.

Saat melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat pada 4 Agustus 2023, Budi Gunadi bertemu dengan Elon Musk, pemilik SpaceX, Twitter, dan Tesla. Budi meminta jaringan satelit milik Elon Musk, Starlink dapat menyediakan akses internet di Puskesmas agar layanan kesehatan jadi optimal.

“Ini merupakan upaya kami untuk memastikan layanan kesehatan yang setara dan merata di tanah air,” kata Budi, dilansir dari laman Kemenkes, Senin (7/8).

Untuk menciptakan masyarakat yang sehat, menurutnya, infrastruktur Puskesmas harus memadai. Data Kementerian Kesehatan RI, menyebut ada sekitar 2.200 puskesmas, dan 11.100 puskesmas pembantu tidak terhubung dengan internet.

Keberadaan Starlink dapat memberi akses lebih baik ke layanan kesehatan, puskesmas juga dapat memberi layanan kesehatan secara daring, melaporkan data secara real time, dan meningkatkan kemampuan tenaga kesehatannya melalui pelatihan jarak jauh.

Starlink merupakan jaringan satelit hasil pengembangan perusahaan SpaceX. Starlink diciptakan memang agar internet murah dapat dijangkau lokasi-lokasi terpencil. Ini merupakan satelit pertama dan terbesar di dunia dengan jarak orbit bumi yang rendah.

Saat ini, fasilitas layanan kesehatan di Filipina, Rwanda, Mozambik, dan Nigeria juga telah menggunakan Starlink sebagai penyedia akses internet di sektor kesehatan mereka.

Kecepatan akses internet yang ditawarkan Starlink berkisar pada angka 100 Mbps hingga 200 Mbps, dengan waktu transfer data atau latensi 20 ms.

Jika dilihat dari angkanya, kecepatan akses Starlink sangat jauh dengan nilai median kecepatan internet di Indonesia. Menurut hasil laporan bertajuk “Digital 2022 - April Global Statshot Report".

Pada awal tahun 2022, nilai median kecepatan unduh internet mobile di Indonesia hanya sebesar 17,24 Mbps. Sementara median untuk kecepatan download internet kabel mencapai 20,46 Mbps.

Starlink Tawarkan Internet Tanpa Fiber Optic

Ide di balik proyek SpaceX membuat Starlink adalah untuk memberikan akses internet berkecepatan tinggi kepada masyarakat di daerah paling terpencil di dunia. Pengembangan jaringan Starlink dimulai pada tahun 2015. Namun satelit prototipe pertama baru meluncur ke orbit pada 2018.
"Ada orang-orang di Inggris yang tak bisa dapat internet berkecepatan tinggi karena tinggal di daerah terpencil. Tapi ada lebih banyak lagi di berbagai belahan dunia, di tempat-tempat seperti Afrika," kata Lucinda King, Manajer Proyek Luar Angkasa Starlink, seperti dilansir dari BBC.

Sejak 2018, SpaceX telah mengorbitkan hampir 3.000 satelit Starlink melalui belasan peluncuran menggunakan roket milik SpaceX, Falcon 9. Starlink menargetkan peluncuran 10.000-12.000 satelit untuk menyediakan cakupan internet bagi seluruh dunia.

Satelit-satelit Starlink tersebut berada di orbit rendah sekitar Bumi agar bisa mendapat koneksi cepat.

Mengutip dari laman resmi Starlink, saat berlangganan pengguna bakal memperoleh dua perangkat, yakni antena penangkap sinyal satelit (Starlink Base) dan WiFi Router.

Cara kerja Starlink memancarkan jaringan broadband ke bumi lewat satelit, kemudian jaringan akan ditangkap oleh Starlink Base di area rumah pengguna. Perangkat WiFi Router berfungsi untuk menyalurkan kembali jaringan tersebut ke gawai pengguna.

Sederhananya Starlink beroperasi mirip layanan internet di Indonesia. Namun Starlink membagikan jaringan broadband dengan memanfaatkan satelit luar angkasa, bukan lewat kabel fiber optic yang biasa dipakai oleh kebanyakan operator Indonesia.

Layanan internet milik Starlink dibanderol dengan harga US$99, setara Rp1,4 juta per bulan. Jumlah tersebut belum termasuk parabola dan router seharganya US$549, setara Rp8,1 juta.