Wisuda Bukan Sekadar Ajang Pamer Gaya, Begini Asal Usulnya

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/rwa.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan wisuda untuk TK, SD, SMP, dan setara SMA tak boleh menjadi kegiatan wajib yang memberatkan.
20/6/2023, 10.26 WIB

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan wisuda untuk TK, SD, SMP, dan setara SMA tak boleh menjadi kegiatan wajib yang memberatkan.

Respon tersebut diberikan terhadap protes sejumlah orang tua siswa yang mengaku keberatan terhadap prosesi wisuda anak mereka. Para orang tua ini melemparkan protes di laman Instagram Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim.

Menurut mereka, wisuda selain jenjang sarjana hanya pemborosan. Orangtua harus mengeluarkan uang tambahan untuk iuran uang gedung, toga, baju kebaya, dan jasa rias.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek Anindito Aditomo atau karib disapa Nino menyebut kegiatan bersama di sekolah harus melibatkan diskusi dengan orang tua/wali murid.

“Musyawarah bersama orang tua siswa itu sebagaimana amanat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah,” kata Nino.

Kemendikbudristek akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah (Pemda) agar prinsip-prinsip tersebut dapat dijalankan dengan baik. Terutama di sekolah yang komposisi sosial-ekonominya beragam.

"Sesuai ketentuan perundang-undangan, satuan PAUD, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dikelola pemda. Pengawasan terhadap satuan pendidikan juga merupakan tanggung jawab Pemda sesuai kewenangannya," kata Nino.

Jubah Simbol Kesetaraan dan Kecerdasan

Di Indonesia, kata wisuda awalnya berasal dari bahasa Jawa ‘wisudha’ yang berarti pelantikan bagi orang yang telah menyelesaikan pendidikan.

Namun meski diadopsi dari bahasa Jawa, wisuda di Indonesia punya akar sejarah dari seremoni kelulusan di Benua Eropa. Pakaian kelulusan dengan toga–jubah khas yang dipakai saat prosesi wisuda–pertama kali diusulkan sebagai seragam wajib saat wisuda di University of Oxford dan University of Cambridge.

Pada 1321, kedua kampus ini melarang pakaian yang berlebihan ketika wisuda sehingga setiap orang harus memakai jubah sebagai simbol kesetaraan. Berbeda dengan wisuda yang marak di Indonesia, harus berdandan lebih, dan tak jarang jadi ajang pamer.

Asal muasal toga ditelusuri dari kampus-kampus di Eropa yang didirikan para pendeta pada abad ke-12 dan 13. Pada saat itu, gereja berpengaruh besar sebagai pusat pendidikan. Para mahasiswa awalnya memakai jubah dan penutup kepala hitam atau cokelat untuk menjaga tubuh tetap hangat.

Pada abad itu pemanas ruangan belum diciptakan. Selain menjaga suhu tubuh, jubah dan penutup kepala juga berguna untuk menandakan status agama dan membedakan kaum pelajar dengan masyarakat umum di kota tempat belajar.

Jubah dan penutup kepala pada masa Celtic Groups dan Pendeta Druid abad ke-18 jadi dianggap sebagai simbol kecerdasan dan superioritas yang lebih tinggi daripada orang lain.

Pakaian yang semula dibuat untuk menghangatkan beralih fungsi dan kemudian mulai diadopsi sejumlah universitas pada abad pertengahan. Setelah perang saudara di Amerika (1861-1865), pemakaian dua atribut ini dibatasi untuk merayakan kelulusan.

Pada abad ke-19, sekelompok institusi pendidikan tinggi di Amerika membuat standardisasi jubah wisuda, khususnya untuk area lengan. Panduan pada “Intercollegiate Code of Academic Costume” yang diterbitkan pada 1895, para sarjana mengenakan jubah lengan panjang yang runcing.

Sementara, para lulusan master mengenakan jubah dengan lengan panjang tertutup dan lulusan doktor menggunakan lengan bulat terbuka. Untuk urusan topi wisuda, aturan itu juga membuat standar agar topi berwarna hitam. Setiap topi wajib dihiasi rumbai di bagian tengah atas.

Namun, menurut beberapa catatan, sebelum diterapkan rumbai, mortar topi wisuda dilengkapi dengan pom-pom. Kemudian bentuk topi semula hanya berupa penutup kepala panjang. Pada dekade 1700-an bentuknya berubah menjadi papan mortar persegi datar.

Wisuda di Oxford menjadi upacara formal khusus untuk mahasiswa yang menyelesaikan program studi dan dianugerahi gelar sarjana, menandai pencapaian akademik yang luar biasa.

Biasanya pejabat tinggi kampus seperti rektor akan membawa gada atau tongkat wisuda. Tongkat ini menjadi simbol otoritas kampus, terinspirasi dari tongkat ksatria abad pertengahan.