Presiden Joko Widodo mengungkapkan rencana untuk memindahkan pabrik PT Pindad dari Bandung ke Subang, Jawa Barat saat mengunjungi pabrik peluru Pindad di Turen, Malang, Senin (24/7). Menurut Jokowi, kepindahan itu diperlukan untuk pengembangan usaha Pindad karena lokasi baru di Subang memiliki lahan yang lebih luas.
Pabrik Pindad di Bandung merupakan lokasi produksi senjata dan kendaraan. Sementara, pabrik Pindad yang berada di Turen, Malang, memproduksi peluru dan amunisi lainnya untuk kebutuhan TNI dan Polri.
Wacana pemindahan Pindad tersebut pertama kali bergulir pada rapat di Istana Bogor pada 16 Juli lalu antara Presiden Jokowi dengan Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Salah satu alasan pemindahan yang mengemuka dalam rapat itu adalah Kementerian BUMN memiliki alokasi tanah yang luas di Subang, serta ada pertimbangan untuk menghidupkan kawasan industri Subang yang dekat dengan Bandara Kertajati.
Jejak Daendels dalam Sejarah Pindad
Mengutip situs web Pindad, sejarah perusahaan ini dimulai pada 1808 saat Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels mendirikan bengkel untuk memproduksi, memelihara, dan memperbaiki senjata dengan nama Constructie Winkel (CW) di Surabaya. Selain itu, Daendels membangun bengkel amunisi berskala besar bernama Proyektiel Fabriek (PF).
Kemudian pada 1850, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bengkel produksi dan perbaikan munisi dan bahan peledak untuk Angkatan Laut dengan nama Pyrotechnische Werkplaats (PW). Pada 1861, nama CW yang diubah menjadi Artilerie Constructie Winkel (ACW) dan digabung dengan PW sehingga perusahaan ini memiliki tiga divisi yaitu unit produksi senjata dan perkakasnya, unit produksi munisi dan bahan peledak, serta unit laboratorium penelitian.
Pada 1918-1920, unit produksi senjata dan unit produksi munisi ACW dipindahkan dari Surabaya ke Bandung, sementara unit laboratorium penelitian dipindahkan dari Semarang ke Bandung. Sejak itu, kedudukan seluruh divisi Pindad menyatu di Bandung dan digabung dengan Institut Pendidikan Pemeliharaan dan Perbaikan Senjata yang diubah namanya menjadi Geweemarkerschool.
Penggabungan keempat divisi tersebut melahirkan satu entitas baru bernama Artilerie Inrichtingen (AI). Pada masa penjajahan Jepang, AI tetap berjalan dengan perubahan nama di seluruh divisi menggunakan penamaan Jepang.
Belakangan pabrik ini dibagi ke dalam dua perusahaan oleh Belanda setelah direbut kembali sewaktu Agresi Militer Belanda, yaitu Leger Produktie Bedrijven (LPB) yang terdiri dari unit usaha produksi senjata dan amunisi, serta laboratorium. Sementara itu, Geweemarkerschool diubah menjadi Central Reparatie Werkplaats.
Pada 27 Desember 1949, Belanda menyerahkan LPB ke Indonesia dan diganti namanya menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu. Pada 1 Desember 1958, nama PSM diubah lagi menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD) yang pengelolaannya di bawah TNI AD.
Pada 1962, Pabal AD berganti nama menjadi Perindustrian Angkatan Darat (Pindad). Sejak itu, Pindad mulai memproduksi senjata standar militer yang diproduksi secara massal.
Pindad menjadi perusahaan yang terpisah dari TNI AD pada 29 April 1983 dengan ditetapkan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Belakangan, pada 12 Januari 2022, pemerintah fokus membentuk holding BUMN di industri pertahanan dan keamanan dengan menyerahkan Pindad ke Len Industri.
PT Len Industri ditunjuk sebagai induk holding BUMN industri pertahanan yang kemudian meluncurkan DEFEND ID sebagai identitas holding. Anak usahanya ada Pindad, Dirgantara Indonesia, PAL Indonesia, Dahana.
Senjata Incaran Banyak Negara
Sejumlah senjata produksi Pindad menjadi incaran banyak negara. Di antaranya adalah senapan serbu laras panjang seri SS-2 yang memiliki sembilan tipe.
Mengutip situs web Pindad, senapan ini memiliki bobot yang lebih ringan sehingga unggul dalam mobilitas dan dapat diandalkan dalam pertempuran jarak menengah. Beberapa tipe SS-2 memiliki kelebihan berupa penembakan amunisi dengan suara senyap dan memiliki jarak tembak efektif hingga 150 meter.
Selain itu, SS-2 tipe V4 Kal. 5.56 mm diklaim telah memenangkan 11 kompetisi menembak antarnegara Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM) dan turnamen menembak internasional ASEAN Armies Rifle Meet (AARM).
Dalam kategori senapan penembak runduk (SPR), Pindad memproduksi SPR-2 yang masuk dalam kategori senjata terbaik dalam ekshibisi uji senjata di Yordania. Senjata yang memiliki tiga tipe ini diklaim dapat menembak target dalam jarak hingga 2 kilometer dengan akurasi tinggi.
Pindad tak hanya memproduksi senjata. Produk kendaraan tempur Pindad antara lain Kendaraan Taktis 4x4 "Komodo" dan Panser 6x6 "Anoa" yang diklaim telah diproduksi lebih dari 300 unit. Pindad menyebutkan kendaraan ini ambil bagian besar dalam misi perdamaian PBB di berbagai negara seperti di Lebanon, Afrika Tengah, dan Sudan.