Memburu “Virus Stocks”, Saham Pencetak Untung yang Menyimpan Risiko

ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan R Smith
Trader saham Peter Tuchman memakai kacamata 2020 untuk merayakan Tahun Baru di New York Stock Exchange (NYSE) di New York, Amerika Serikat, Selasa (31/12/2019).
6/4/2020, 19.44 WIB

Saham sejumlah perusahaan yang menuai berkah di tengah pandemi corona menjadi buruan investor. Sejalan dengan kondisi ini, muncul istilah “virus stocks” untuk saham-saham yang kinerjanya prospektif imbas lockdown atau social distancing. Harga saham-saham ini kini meroket.

Di bursa saham Amerika Serikat, beberapa saham dalam kategori ini seperti Zoom Video Communications, Peloton Interactive Inc, Teladox, dan Clorox. Daftar ini disebut Pendiri perusahaan pengelola investasi Kynikos Associates Jim Chanos dalam wawancara dengan CNBC internasional, beberapa waktu lalu.

Zoom Video Communications merupakan perusahaan pemilik aplikasi Zoom yang memungkinkan komunikasi kelompok dalam jumlah besar. Saham perusahaan ini sempat mencapai level tertingginya 159,56 pada 23 Maret, melonjak 134,5% dibandingkan posisi akhir tahun lalu.

(Baca: Elon Musk hingga FBI Ragu Keamanan Zoom, Penggunanya Justru Melonjak)

Setelah mencapai level tersebut, harga sahamnya mengalami penurunan, meskipun masih tetap tinggi. Saat berita ini ditulis, harga sahamnya masih 88,4% di atas posisi akhir tahun lalu.

Sedangkan Peloton Interactive Inc merupakan perusahaan yang menjual sepeda statis dan peralatan lainnya untuk olahraga kebugaran atau fitness. Perusahaan ini juga menawarkan kelas latihan melalui live streaming maupun layanan on demand.

Harga saham Peloton sempat anjlok ke level terendah setidaknya dalam lima tahun pada 12 Maret. Namun berhasil rebound 47,4% dalam kurun waktu kurang dari sebulan. Meskipun jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu, kenaikannya tipis 1,23%.

Kemudian, Teladoc Health, perusahaan yang bergerak di bidang layanan kesehatan. Perusahaan ini menawarkan layanan diagnosis, rekomendasi perawatan, dan resep obat untuk masalah medis rutin melalui konsultasi telepon dan video.

(Baca: Perbankan di Bawah Bayang-bayang Krisis Imbas Pandemi Corona)

Harga saham Teladoc tercatat mencapai level tertinggi 167,44 pada 23 Maret lalu. Ini artinya, harga saham melonjak 100% dari posisi akhir tahun lalu. Sedangkan saat berita ini ditulis, harga saham Telodoc masih tinggi, yaitu 86,59% di atas posisi akhir tahun lalu.

Terakhir, Clorox Co, perusahaan yang memproduksi dan menjual beragam produk termasuk pembersih dan pemutih, perawatan otomotif, hingga kantung sampah. Saham Clorox sempat melonjak hingga mencapai level tertinggi 197,88. Ini artinya, melesat 28,88% dibandingkan posisi akhir tahun lalu.

Setelah mencapai level tersebut, harga saham Clorox turun, meskipun masih menyisakan margin yang cukup besar. Saat berita ini ditulis, harga saham perusahaan tersebut tercatat 15,63% di atas posisi akhir tahun lalu.  

(Baca: Info Terbaru Corona: Sembuh dengan Darah hingga Penularan pada Kucing)

Meski begitu, Jim Chanos memperingatkan investor yang mengumpulkan portofolio “virus stocks” untuk berhati-hati. Investor perlu melakukan “tugasnya” yaitu riset terhadap kinerja perusahaan sebelumnya dan prospeknya ke depan, setelah corona berlalu, untuk mengetahui risikonya.

Saat ini, menurut dia, banyak saham yang diperdagangkan dengan harga 30 hingga 50 kali pendapatannya hanya karena akan berkinerja baik pada kuartal pertama dan kedua. “Setelah penyebaran virus berakhir, dan kita tahu hal itu akan terjadi, perusahaan-perusahaan tersebut kemungkinan tak semenarik saat ini,” ujarnya.

Saham Top Gainers di Tengah Pandemi Corona

Di bursa domestik, saham-saham perusahaan terkait kesehatan masuk dalam jajaran top gainers dalam sebulan ini. Sebut saja perusahaan farmasi pelat merah Kimia Farma dan Indofarma. Selain itu, produsen jamu Sido Muncul.

Berdasarkan data RTI, saham Kimia Farma tercatat naik 47,46%, Indofarma 44,52%, sedangkan Sido Muncul 5,24%. Kenaikan terjadi di tengah masih tertekannya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam sebulan, IHSG jatuh 6,33%.

Di luar perusahaan terkait kesehatan, daftar top gainers diisi perusahaan dari beragam sektor. Namun, tiga teratas diisi perusahaan yang baru melantai di bursa. Di posisi pertama yaitu Batulicin Nusantara Maritim, yang merupakan perusahaan penyedia jasa transportasi laut khususnya batu bara.

(Baca: BNPB Minta Kemenperin Kerahkan Industri Produksi APD dan Masker)

Batulicin resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 9 Maret 2020 dengan kode bursa BESS. Dalam sebulan ini, harga sahamnya melonjak signifikan 155,22%.

Di posisi kedua teratas yaitu Indonesian Tobacco, perusahaan tembakau iris ini melantai di bursa sejak 4 Juli 2019. Sepanjang sebulan ini, harga saham perusahaan berkode bursa ITIC ini melesat 117,14%.

Kemudian, di posisi ketiga teratas, Diamond Citra Propertindo. Perusahaan properti ini melantai di BEI pada Februari 2020. Sebulan ini, harga saham emiten berkode bursa DADA ini melonjak 115,85%.

Sedangkan posisi keempat dan kelima ditempati Kimia Farma dan Indofarma. Adapun Sido Muncul berada di posisi sembilan.