Ekspansi Jaringan, Smartfren Alokasikan Belanja Modal Rp 2,8 Triliun

Arief Kamaludin | Katadata
Suasana Launching Smartfren 4G LTE Advance di Jakarta, Rabu, (18/08).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Ekarina
21/2/2019, 10.05 WIB

PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) siapkan dana belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun tahun ini. Dana tersebut rencannya akan digunakan untuk pengembangan jaringan.

Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengatakan, perusahaan menargetkan memiliki lebih dari 20 ribu Base Transceiver Station (BTS). "Kita sekarang sudah 17 ribu. Targetnya bisa sampai 20 ribu lebih tahun ini," kata Me di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (20/2).

(Baca: Smartfren Membuka Diri Untuk Merger dengan Operator Lain)

Sumber dana belanja modal tersebut berasal dari aksi korporasi  yang telah disetujui oleh pemegang saham mereka dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 Septermber 2018. Salah satu yang disetujui adalah penerbitan Waran Seri II sebesar Rp 3,6 triliun. Pelaksanaan waran ini akan dilaksanakan pada 16 Mei 2019 hingga 22 November 2021.

Ke depan, perusahaan akan memperluas jaringan baru di Pulau Natuna, Kepulauan Riau  pada Maret mendatang dan diikuti ke sejumlah daerah remote lainnya. 

Perusahaan juga masih akan mengembangkan jaringan di Sumatera serta beberapa area baru di Kalimantan. Pembukaan jaringan tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan jaringan backbone dari Satelit Pala Ring Tengah yang selesai dibangun oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Akhir Desember 2018, proyek Palapa Ring Tengah telah selesai tuntas 100%. Palapa Ring Tengah yang dibangun melintasi  Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara itu terdiri atas kabel darat sepanjang 1.326,22 km kabel darat dan 1,787,06 km kabel laut.

Ekspansi jaringan tersebut dilakukan sebagai salah satu strategi perusahaan dalam menggaet 10 juta pelanggan baru tahun ini.

Selain melalui ekspansi jaringan, perusahaan juga akan mengintensifkan strategi pemasaran melalui penawaran paket-paket internet murah. Per Januari 2019, Smartfren telah menjaring sekitar 30 ribu pelanggan baru yang berasal dari  pengguna layanan Bolt. Hal itu terkait pemberhentian izin spektrum Bolt pada Desember tahun lalu.

Konsolidasi Perusahaan 

Menanggapi isu merger dan akuisisi perusahaan, Merza mengatakan belanja modal tahun ini tidak akan dialokasikan untuk mendukung bisnis anaorganik melalui konsolidasi perusahaan. "Tidak, bukan buat beli-beli (akuisisi)," tegasnya.

Meski begitu, pihaknya tetap membuka diri untuk melakukan konsolidasi dengan perusahaan telekomunikasi dalam negeri sesuai yang tengah didorong pemerintah di industri telekomunikasi. 

(Baca: Smartfren Targetkan Ambil Alih 100 ribu Pelanggan Bolt)

Merza mengatakan, konsolidasi tersebut  bisa saja dilakukan dengan operator GSM lain seperti PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT), termasuk pula dengan perusahaan telekomunikasi asing.

"Sama siapa pun. Tapi kembali lagi saya katakan tidak ada, gosip," katanya.



Reporter: Ihya Ulum Aldin