PT Surya Pertiwi Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan saniter, fitting, dan distributor tunggal TOTO Jepang di Indonesia, akan menawarkan 700 juta saham baru atau sekitar 26% dari modal disetor perusahaan dalam initial public offering (IPO). Dengan kisaran harga saham perdana Rp 1.160-Rp 1.520 per saham, perusahaan mengincar dana Rp 812 miliar-Rp 1,06 triliun dari aksi korporasi tersebut.
Presiden Direktur Surya Pertiwi Tjahjono Alim mengatakan, perusahaan akan menggunakan 50% dari dana IPO untuk melunasi sebagian pokok utang kepada PT Bank Resona Perdania, PT Bank Mizuho Indonesia, dan PT Bank HSBC Indonesia. Sekitar 25% dari dana IPO akan digunakan untuk belanja modal anak usahanya, PT Surya Pertiwi Nusantara (SPN). SPN akan menambah dua lini produksi saniter dan fitting untuk pabrik baru di Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 500.000 unit per tahun untuk setiap lini. Sementara itu, sisa dana IPO sebesar 25% digunakan untuk modal kerja perusahaan.
Direktur Surya Pertiwi Irene Hamidjaja mengatakan, pabrik baru SPN memiliki total kapasitas 10 lini produksi tetapi yang sudah beroperasi baru satu lini. Dengan penambahan dua lini produksi pasca IPO, kapasitas produksi pada 2019 akan mencapai 1,5 juta unit. Hingga akhir 2017, perseroan membukukan pendapatan Rp 2,14 triliun, naik 3,38% dibandingkan dengan 2016 sebesar Rp 2,07 triliun. Sekitar 89,5% penjualan dikontribusikan oleh penjualan produk lokal sedangkan 10,5% dari produk impor.
Irene optimistis permintaan pasar untuk barang saniter akan semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi. Data Euromonitor International Limited menunjukkan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2008-2016 mencapai 10,9%. Pada periode 2008-2017, rata-rata pertumbuhan penjualan (CAGR) Surya Pertiwi mencapai 12,2% atau di atas rerata pertumbuhan ekonomi. Perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan tahun ini sebesar 7% menjadi sekitar Rp 2,29 triliun. "Peningkatan pendapatan dan taraf hidup konsumen akan mendorong pelanggan beralih ke barang saniter modern," kata Irene usai konferensi pers di Jakarta, Senin (16/4).
Perusahaan menunjuk PT Ciptadana Sekuritas Asia sebagai penjamin emisi efek dalam hajatan tersebut. Direktur Utama Ciptadana Sekuritas Ferry Budiman Tanja mengatakan, saham perdana Surya Pertiwi akan ditawarkan kepada investor di dalam negeri maupun di luar negeri. "Kami akan melaksanakan roadshow ke Singapura, Hong Kong, dan Kuala Lumpur," kata Ferry dalam konferensi pers. Penawaran saham ke luar negeri dilakukan untuk mencari anchor investor yang akan menyerap sebagian besar saham perdana Surya Pertiwi.
Saat ini pemegang saham Surya Pertiwi terdiri atas PT Multifortuna Asindo (MFA) dan PT Suryaparamitra Abadi (SPA) dengan kepemilikan masing-masing 50%. Setelah IPO, komposisi pemegang saham perusahaan akan berubah menjadi MFA 37,04%, SPA 37,04%, masyarakat 23,33%, dan Employee Stock Allocation (ESA) 2,59%.
Private Placement
Pasca IPO, MFA dan SPA berencana menawarkan sebanyak-banyaknya 380 juta saham atau sekitar 14,07% dari modal disetor dan ditempatkan penuh Surya Pertiwi kepada investor strategis. "Private placement akan dilakukan setelah IPO, penawaran dilakukan di dalam dan di luar negeri. Calon investornya sedang kami jajaki," kata Ferry.
MFA dan SPA menghendaki investor strategis tersebut merupakan investor utama seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, investor internasional jangka panjang, hedge funds, dan wealth management global. Dalam prospektus IPO Surya Pertiwi disebutkan, penyerahan atau penutupan saham atas transaksi private placement akan dilakukan di pasar sekunder setelah saham perdana Surya Pertiwi dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasca private placement, komposisi pemegang saham akan berubah menjadi MFA dan SPA masing-masing 30%, investor strategis 14,07%, masyarakat 23,33%, dan ESA 2,59%.
Masa pembentukan harga (book building) saham Surya Pertiwi akan dilakukan pada 16-24 April 2018. Perusahaan berharap pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat diperoleh pada 3 Mei 2018. Masa penawaran umum saham Surya Pertiwi akan dilakukan pada 4-8 Mei 2018 dan pencatatan saham di BEI pada 14 Mei 2018.