Anak Perusahaan Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk mencatatkan rugi bersih sebesar US$ 35,09 juta atau setara Rp 509 miliar pada kuartal I 2020. Kinerja ini berbanding terbalik dari laba bersih pada periode pertama tahun lalu mencapai US$ 48,44 juta.
Berdasarkan rilis yang disampaikan oleh perusahaan pada Sabtu (30/5), tercatat pendapatan perusahaan turun 4% secara tahunan menjadi US$ 1,07 miliar. Beban pokok pendapatan pun tercatat naik 2,7% menjadi US$ 949,16 juta.
Selain itu beban usaha perusahaan juga meningkat sebesar 1,3% menjadi US$ 55,48 juta. Akibatnya, laba usaha Bumi Resources pun anjlok mencapai 49% secara tahunan menjadi US$ 72,3 juta.
(Baca: Konsorsium Grup Bakrie Bangun Pabrik Metanol Bernilai Rp 29 Triliun)
Meski begitu, volume penjualan Bumi Resources sepanjang tiga bulan pertama 2020 sebanyak 21,5 juta ton, meningkat 3% secara tahunan. Kenaikan volume penjualan paling tinggi disokong oleh anak usahanya PT Arutmin Indonesia yang tumbuh 9% secara tahunan menjadi 6,3 juta ton.
Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava menjelaskan bahwa penurunan kinerja perusahaan, salah satunya disebabkan oleh turun tajamnya harga batu bara sejak akhir 2018 terdampak perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok.
(Baca: Bertahun-Tahun Rugi, Bakrie & Brothers Akhirnya Laba Rp 850 M di 2019)
"Dan pada kuartal I 2020, harga batu bara mencapai titik terendah sejak 2016 karena virus corona dan lockdown di banyak negara yang mempengaruhi permintaan batu bara," kata Dileep melalui rilisnya.
Penurunan kinerja ini juga disebabkan oleh kegiatan operasional anak usahanya, PT Arutmin Indonesia yang menghasilkan batu bara berkalori tinggi. Hal tersebut meningkatkan strip ratio bagi Arutmin.