PT Maxindo Karya Anugerah Tbk mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (12/6).  Saham emiten produsen makanan ringan Maxi Sweet Potatoes dengan kode MAXI ini terpantau ambles hingga menyentuh auto rejection bawah (ARB) pada debut perdananya di BEI.

Berdasarkan data perdagangan sampai dengan pukul 09.20 WIB, harga saham Maxindo Karya Anugerah turun 15 % ke level Rp 85 dari level harga penawaran umum yakni Rp 100 per saham.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 20,1 miliar. Sementara itu frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 8.677 kali. 

Sebagai informasi, MAXI bergerak dalam bidang industri makanan ringan yang menggunakan bahan dasar 100% umbi-umbian lokal serta mengekspor 99% hasil produksinya.

Selain IPO, Maxindo Karya Anugerah juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 1 miliar waran seri I. Waran seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham yang ditawarkan. Setiap pemegang 1 saham yang ditawarkan berhak memperoleh 1 waran seri I.  Di mana setiap pemegang 1 waran seri I bisa menebus 1 saham dengan harga pelaksanaan Rp 100. 

Total dana dari waran seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 100 miliar. Seluruh dana yang diperoleh dari IPO ini, setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham akan digunakan untuk modal kerja perseroan. 

Adapun modal kerja yang dimaksud adalah terkait dengan pembayaran untuk pembelian bahan baku, baik bahan baku langsung maupun bahan baku pembantu, upah tenaga kerja, biaya penjualan dan pemasaran, biaya perawatan dan utilitas, serta biaya untuk keperluan kantor. Sedangkan seluruh dana yang diperoleh dari pelaksanaan waran seri I, akan digunakan juga untuk modal kerja perseroan. 

Perseroan merencanakan untuk membagikan dividen kas sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun. 

Sesuai dengan kebijakan dividen perseroan, Direktur Utama Sarkoro Handini menjelaskan bahwa perseroan merencanakan pembayaran dividen kas sebanyak-banyaknya 50% dari laba bersih perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2023 yang akan dibagikan pada tahun 2024. 

“Kami berencana untuk memberika dividen 50% dari profit kami,” ujar Sarkoro pada wartawan di Jakarta, Senin (12/6).

Reporter: Zahwa Madjid