Holding BUMN perkebunan, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III merencanakan proses penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) anak usahanya, Palm Co di akhir 2023. Saat ini, perusahaan sedang melakukan proses konsolidasi beberapa anak usahanya.
Direktur Utama PalmCo, Mohammad Abdul Ghani, mengatakan perusahaan dibentuk sebagai entitas induk untuk operasi perkebunan kelapa sawit PTPN sedang menunggu persetujuan resmi dari kreditur bulan ini. Hal itu guna membuka kesempatan proses penawaran umum perdana Palm Co segera dimulai.
Ghani juga mengumumkan, Palm Co telah menunjuk sederet penjamin emisi untuk IPO Palm Co yaitu Mandiri Sekuritas, DBS, BNP Paribas, dan CIMB Securities.
“Seperti balapan mobil, kami sudah berdiri di garis start, hanya menunggu bendera hijau untuk tancap gas,” kata Ghani dalam keterangan resmi, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (13/6).
Sebagaimana diketahui, PT Perkebunan Nusantara IV (Palm Co) sebelumnya merupakan anggota dari holding perkebunan (PTPN III). Perusahaan kemudian memisahkan unit usahanya (spin off) dari PTPN IV guna menjadikan Palm Co sebagai produsen minyak kelapa sawit berkelanjutan terbesar di dunia.
Pada 2022 lalu, Palm Co menargetkan dapat mengumpulkan antara Rp 5 triliun sampai Rp 10 triliun dari penawaran 20% saham milik perseroan. Namun, Ghani menolak mengkonfirmasi lebih lanjut mengenai besaran target dana IPO.
“Dana tersebut akan kami gunakan untuk investasi proyek industri hilir, termasuk produksi energi terbarukan,” kata Ghani.
Perseroan akan memulai pembangunan pabrik biodiesel di kawasan ekonomi Sei Mangkei, Sumatera Utara, tahun ini, dengan target mulai berproduksi pada Januari 2024.
Jika Palm Co melantai di BEI, maka anak perusahaan holding BUMN ini menambah catatan perusahaan yang meraup dana jumbo tahun ini.
Sebelumnya PT Amman Mineral International Tbk telah melakukan book building dan diperkirakan bisa meraup, dana segar Rp 12 triliun hingga Rp 12,9 triliun dari aksi korporasi ini.
Emiten dengan kode AMMN ini menawarkan 7,3 miliar saham baru atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan dengan harga penawaran Rp 1.650-1.775 per saham.
“Nilai penawaran umum sebanyak-banyaknya sebesar Rp 12,9 triliun,” tulis prospektus, Rabu (31/5).
Sedangkan, emiten lainnya yang juga meraup dana jumbo melalui aksi korporasi IPO di tahun ini adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) senilai Rp 9,06 triliun.
Secara terpisah, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia mengungkapkan, sampai dengan 8 Juni 2023, terdapat 43 perusahaan yang berada dalam daftar pipeline bursa untuk melakukan penawaran umum saham perdana.
Berdasarkan klasifikasi asetnya dari pipeline yang ada, sebanyak 4 perusahaan masuk kategori aset skala kecil atau di bawah Rp 50 miliar. Lalu, 27 perusahaan masuk kategori aset skala menengah atau berkisar Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sedangkan, 12 perusahaan lainnya masuk kategori aset skala besar.