BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) akan positif pada kuartal III 2024. Analis di BRI Danareksa Sekuritas, Timothy Wijaya optimistis karena Antam berencana menjual 3.400 ton Feronikel yang belum terjual.
Dengan disetujuinya RKAB SDA pada Juni, penjualan bijih nikel diperkirakan akan meningkat dari 700 ribu ton per bulan di semester I 2024 menjadi 1,1 juta ton per bulan di semester II.
Selain itu, ia menilai penjualan emas diperkirakan akan tetap kuat karena permintaan yang tinggi dan pembelian kembali dari segmen ritel. Secara keseluruhan, percepatan penjualan di kuartal ketiga 2024 diharapkan akan mencapai target tahunan. Secara rinci bijih nikel sebanyak 10 juta ton, feronikel 20 ribu ton, dan volume penjualan emas: 28 ton.
“Kenaikan harga bijih nikel merupakan keuntungan bagi pendapatan dan margin,” tulis Timothy dalam risetnya, Kamis (5/8).
Namun, Timothy mencatat bahwa ANTM berhasil menjual bijih nikel dengan harga sedikit lebih tinggi, yaitu US$ 1-3 per ton selama semester pertama 2024. Meski begitu, karena pasokan bijih masih terbatas di Sulawesi dan Maluku, harga premium di atas harga patokan meningkat signifikan sejak kuartal kedua 2024.
Ia menilai ANTM diyakini dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk meningkatkan harga premium dari pelanggannya. Jika situasi ini berlanjut, Average Selling Price atau ASP bijih nikel diperkirakan akan terus meningkat di atas harga patokan hingga akhir tahun.
Dengan peningkatan produksi, kata Timothy, pendapatan dari penjualan bijih diharapkan tumbuh dari 8,4% di semester pertama 2024 menjadi 15% di semester kedua 2024. Ia menyebut hal ini berpotensi meningkatkan margin laba bersih (NPM) dari 6,7% menjadi 10%, atau naik sekitar 15% dari estimasi tahunan 2024.
Selain itu, ia mengatakan anak perusahaan ANTM, Gag Nikel, telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan anak perusahaan Tsingshan. Hal itu kemungkinan untuk menggenggam kepemilikan saham minoritas di smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) sebagai bagian dari syarat investasi hilir bagi pemegang konsesi.
Dengan asumsi penilaian saham yang wajar, BRI Danareksa menilai investasi ini lebih baik daripada membangun smelter baru atau mengakuisisi saham mayoritas di smelter yang sudah ada, karena membutuhkan belanja modal yang lebih sedikit. Tak hanya itu, ia menyebut langkah ini juga diharapkan dapat memastikan pasokan bijih ke smelter sehingga mengurangi risiko pasokan.
Dengan demikian, BRI Danareksa merekomendasikan peringkat beli atau buy untuk saham ANTM berdasarkan potensi peningkatan operasional dan pendapatan di semester kedua 2024. BRI Danareksa tetap menargetkan harga di level Rp 2.000, berdasarkan rasio PE tahun 2024 sebesar 16,6x, yang setara dengan -0,5x standar deviasi dari forward PE band.
“Risiko utama untuk rekomendasi kami termasuk harga nikel yang lebih rendah, tingkat utilisasi yang lebih rendah, dan penundaan eksekusi proyek,” jelasnya.