PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Senin (11/11). Perusahaan menjadi emiten ke-37 di bursa pada tahun ini dan menunjuk PT Henan Putihrai Sekuritas dan PT CGS Sekuritas Indonesia sebagai penjamin dan pelaksana emisi efek perseroan.
Pada debut perdananya, saham DAAZ dibuka melesat 25% ke level Rp 1.100 per lembar. Selain itu, hingga pukul 09.40 WIB sahamnya masih bertengger di Rp 1.100.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 1,36 juta dengan nilai transaksinya Rp 1,49 miliar. Tak hanya itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 3.593 kali. kapitalisasi pasar Daaz Bara Lestari pagi ini senilai Rp 2,20 triliun.
Dalam penawaran umum perdana saham atau initial public offering/IPO, perusahaan mematok harga IPO Rp 880 per saham dari rentang harga Rp 835–900 per lembar.
Perusahaan yang bergerak di industri logam itu melepas maksimal 300 juta lembar saham atau 15,02% dari modal disetor dan ditempatkan pasca IPO. Dari aksi korporasi ini, perusahaan akan meraup dana segar maksimal Rp 264 miliar.
Direktur Utama Daaz Bara Lestari, Mahar Atanta Sembiring, mengatakan dengan meningkatnya kebutuhan nikel, batubara, bahan bakar, serta jasa angkutan laut dan pertambangan yang lebih efisien, yang didorong oleh program hilirisasi mineral pemerintah, DAAZ siap memainkan peran besar dalam memenuhi permintaan pasar nasional. Dari IPO ini, ia optimistis perusahaan akan memperkuat daya saing sekaligus meningkatkan kepercayaan para pemangku kepentingan.
“Dengan akses yang lebih baik ke pasar modal dan basis pemegang saham yang lebih luas, kami yakin dapat mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan,” katanya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (11/11).
Selama masa periode penawaran umum, pada 1–7 November 2024, permintaan saham DAAZ oversubscribed sebanyak 323 kali. Direktur Keuangan DAAZ, Muljanto, mengatakan bahwa perusahaan optimistis dengan tingginya minat investor terhadap IPO DAAZ.
“Karena walaupun banyak emiten baru yang menjalankan IPO namun penawaran umum DAAZ juga tetap menarik perhatian masyarakat,” kata Muljanto.
Rencana Usai IPO
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan perusahaan, seluruh dana yang diperoleh dari IPO setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham terkait, sekitar 33,34% akan dialokasikan oleh perusahaan untuk membeli bijih nikel dan memenuhi kebutuhan modal kerja, termasuk biaya tenaga kerja dan logistik. Kemudian sisanya sebesar 66,66% akan disalurkan sebagai pinjaman kepada anak perusahaan. Alokasi ini terdiri atas:
Sebagian besar akan diberikan kepada PT Bara Makmur Dwitama (BMD) untuk pembelian batubara dan kebutuhan modal kerja, seperti biaya tenaga kerja dan logistik.
Sedangkan 50% dari dana tersebut akan dialokasikan kepada PT Indo Lautan Energi (ILE) untuk pembelian bahan bakar solar, sesuai dengan perjanjian penjualan bahan bakar yang sudah ada dengan PT ExxonMobil Lubricants Indonesia, serta untuk kebutuhan modal kerja, termasuk biaya tenaga kerja dan logistik.
Demi menarik minat investor, setelah IPO manajemen perseroan berencana untuk membayarkan dividen tunai kepada para pemegang saham mulai tahun buku yang berakhir pada 30 April 2024 dan seterusnya. Dividen tunai yang bakal dibagikan dapat mencapai 100% dari laba bersih tahun berjalan.
Profil Daaz Bara Lestari
Daaz Bara Lestari, didirikan pada 2009, awalnya berfokus pada perdagangan komoditas. Seiring perkembangan dan kebutuhan pasar, perusahaan ini tumbuh menjadi bisnis terdiversifikasi dengan tiga pilar utama: perdagangan komoditas (seperti bijih nikel, batubara, dan solar), jasa angkutan laut, serta layanan pertambangan.
DAAZ menyediakan solusi terintegrasi untuk sektor pertambangan dan pengolahan mineral. Tak hanya itu, DAAZ telah beroperasi di seluruh Indonesia dan dan memiliki lebih dari 800 karyawan, DAAZ berfokus pada pertumbuhan berkelanjutan, pengembangan jaringan, dan inovasi di sektor perdagangan, angkutan laut, dan pertambangan.