Bos Adaro (AADI) Ungkap Dinamika AS-Cina Pengaruhi Harga Batu Bara 2025

ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/wpa.
Foto udara kendaraan memuat batu bara tujuan ekspor ke atas tongkang di tempat penampungan batu bara Muaro Jambi, Jambi, Jumat (8/11/2024).
5/12/2024, 15.57 WIB

Emiten milik konglomerat Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) mengungkap bahwa harga batu bara pada 2025 akan dipengaruhi oleh hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina. 

Direktur Utama Adaro Andalan Indonesia, Julius Aslan menyatakan, kinerja AADI pada tahun 2025 akan sangat dipengaruhi oleh harga batu bara dan kondisi ekonomi global. Meski demikian, Julius tetap optimistis bahwa harga batu bara di pasar internasional akan tetap menarik pada tahun depan.

“Harapannya tentu nanti dengan hubungan antara AS dan Cina tetap baik, tapi kalau kondisinya kurang baik, ya tentunya pasti pasar Cina-nya juga terganggu,” kata Julius kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (5/12). 

Lebih lanjut Julius menjelaskan, optimisme terhadap harga batu bara didasarkan pada kondisi pasar yang masih cukup kuat di kawasan Asia dan Asia Tenggara, termasuk di Cina, India, Jepang, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Menurutnya, meskipun harga batu bara saat ini sudah cukup tinggi, pasar di wilayah tersebut tetap memberikan prospek yang menarik ke depannya.

Tak hanya itu, ia menambahkan bahwa AADI pada tahun 2025 akan memprioritaskan operational excellence yang berfokus pada kenaikan produktivitas dan efisiensi. Julius optimistis performa operasional yang baik akan menghasilkan margin laba yang optimal bagi perusahaan.

“Semua itu tergantung dari pertumbuhan ekonomi di Asia. Karena memang pasar kita sekarang itu hampir mayoritas Asia, termasuk Asia Tenggara,” ujar Julius.

Saham Adaro Andalan (AADI) Sentuh ARA Melesat 19,82%

Harga saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dibuka melesat 19,82% atau 1.100 poin ke level Rp 6.650 per lembar dan menyentuh Auto Reject Atas (ARA) di saat mencatatkan sahamnya atau initial public offering di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Kamis (5/12). 

Auto Reject Atas (ARA) adalah batas kenaikan harga saham tertinggi yang diperbolehkan dalam satu hari perdagangan. Saat saham menyentuh ARA, sistem akan secara otomatis menolak pesanan untuk membeli atau menjual efek. AADI menjadi emiten ke-40 di bursa pada tahun ini dan menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia sebagai penjamin dan pelaksana emisi efek perseroan.  

Volume saham yang diperdagangkan tercatat mencapai 167,4 ribu dengan nilai transaksinya Rp 1,11 miliar. Adapun frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 674 kali, sedangkan kapitalisasi pasar emiten ini mencapai Rp 51,79 triliun.  

Direktur Utama Adaro Andalan Indonesia Julius Aslan mengatakan,  perusahaan bertujuan mengoptimalkan struktur permodalan untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan aset yang dimiliki melalui. Ia menjelaskan bahwa perusahaan, melalui anak usahanya, beroperasi di sektor pertambangan batu bara termal, logistik, pengelolaan lahan, pengelolaan air, ketenagalistrikan, dan investasi. 

Dengan model bisnis terintegrasi sepanjang rantai pasokan, ia menegaskan perusahaan mampu meraih keunggulan operasional dan efisiensi biaya demi bersaing di tengah tantangan kondisi makro. 

“Kami tetap optimis dengan prospek pasar batu bara termal global yang ditopang oleh pertumbuhan permintaan energi,” ucapnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (5/12).  

Dalam penawaran umum perdana saham atau IPO, perusahaan mematok harga IPO Rp 5.550 per lembar. Nilai ini merupakan batas tengah dari harga book building di rentang Rp Rp 4.590-Rp 5.900 per lembar.    

AADI melepas sebanyak 778,68 juta saham atau setara 10,00% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dari aksi korporasi tersebut anak usaha PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) meraup dana segar bernilai jumbo sebesar Rp 4,32 triliun.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila