Adaro Andalan (AADI) ARA Dua Hari Berturut, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp 62,11 T
Saham emiten milik konglomerat Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) tembus rekor tertinggi atau auto reject atas (ARA) dua hari beruntun. Kenaikan tersebut setelah AADI mencatatkan sahamnya melalui initial public offering di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (5/12) kemarin.
Pada perdagangan saham hari ini, Jumat (6/12) pukul 10:25 WIB saham AADI terpantau melesat 19,92% atau 1.325 poin ke level Rp 7.975 per lembar saham. Volume yang diperdagangkan tercatat 317,8 ribu dengan nilai transaksi 2,53 miliar, dan frekuensinya 1.15 ribu. Tak hanya itu, kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 62,11 triliun.
Pada saat IPO harga sahamnya dibuka melesat 19,82% atau 1.100 poin ke level Rp 6.650 per lembar dan menyentuh ARA. Volume saham yang diperdagangkan tercatat mencapai 167,4 ribu dengan nilai transaksinya Rp 1,11 miliar.
Adapun frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 674 kali, sedangkan kapitalisasi pasar emiten ini mencapai Rp 51,79 triliun. Apabila dikalkulasikan, semenjak IPO hingga perdagangan hari ini, kapitalisasi pasar AADI naik hingga Rp 10,32 triliun.
ARA merupakan batas kenaikan harga saham tertinggi yang diperbolehkan dalam satu hari perdagangan. Saat saham menyentuh ARA, sistem akan secara otomatis menolak pesanan untuk membeli atau menjual efek. AADI menjadi emiten ke-40 di bursa pada tahun ini dan menunjuk PT Trimegah Sekuritas Indonesia sebagai penjamin dan pelaksana emisi efek perseroan.
Dalam IPO, perusahaan mematok harga IPO Rp 5.550 per lembar. Nilai ini merupakan batas tengah dari harga book building di rentang Rp Rp 4.590-Rp 5.900 per lembar.
AADI melepas sebanyak 778,68 juta saham atau setara 10,00% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dari aksi korporasi tersebut anak usaha PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) meraup dana segar bernilai jumbo sebesar Rp 4,32 triliun.
Rencana Penggunaan Dana IPO
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan perusahaan, seluruh dana hasil dari penawaran umum perdana saham, setelah dikurangi biaya emisi, akan dialokasikan untuk:
Sekitar 40% digunakan sebagai pinjaman dari perseroan kepada anak perusahaan, yaitu MBP, untuk mendukung investasi dan kegiatan korporasi lainnya yang meningkatkan aktivitas operasional MBP sejalan dengan peningkatan produksi batu bara grup perseroan
Sekitar 15% dialokasikan untuk membayar sebagian pinjaman berdasarkan perjanjian pinjaman tanggal 3 Mei 2024 dengan AI Sisanya akan dipakai untuk membayar sebagian pokok pinjaman kepada ADRO sesuai dengan perjanjian pinjaman 24 Juni 2024.
Sisanya akan dipakai untuk membayar sebagian pokok pinjaman kepada ADRO sesuai dengan perjanjian pinjaman 24 Juni 2024.
Selain itu, perseroan merencanakan rasio pembayaran dividen sampai dengan 45% dari laba bersih konsolidasi mulai tahun buku 2025. Perseroan dapat membagikan dividen kepada pemegang saham berdasarkan rekomendasi dari direksi dengan persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS). Perseroan hanya dapat membagikan dividen apabila perseroan mempunyai saldo laba positif.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Adaro Andalan membukukan laba tahun berjalan tahun buku 2023 sebesar US$ 1,28 miliar atau Rp 20,17 triliun. Perolehan laba AADI itu turun 45% dibandingkan US$ 2,34 miliar atau Rp 36,88 triliun pada tahun sebelumnya.
Pada periode enam bulan yang berakhir 30 Juni 2024, laba periode berjalan Adaro Andalan mencapai US$ 922,76 juta atau Rp 14,5 triliun. Angka tersebut naik 15% dibandingkan dengan US$ 804,75 juta atai Rp 12,68 triliu pada periode yang sama tahun sebelumnya.