Harga Saham BNBR ARA Usai Akuisisi Tol Cimanggis–Cibitung, Ini Kata Analis
Harga saham emiten Grup Bakrie PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) menembus batas auto reject atas (ARA) pada perdagangan sesi pertama hari ini, Senin (1/12). Harga saham BNBR melesat 8,77% atau 5 poin ke level 62 dan telah naik 77,14% secara year to date (ytd).
ARA merupakan batas kenaikan harga saham tertinggi yang diperbolehkan dalam satu hari perdagangan. Saat saham menyentuh ARA, sistem akan secara otomatis menolak pesanan untuk membeli atau menjual efek.
Adapun BNBR saat ini masuk dalam efek pemantauan khusus alias Full Call Auction (FCA) sehingga batas kenaikan harga sahamnya maksimal adalah sebesar 10%.
Lonjakan harga saham BNBR terjadi setelah perseroan merampungkan akuisisi 100% PT Cimanggis Cibitung Tollways (CCT), pengelola Tol Cimanggis–Cibitung.
Sejumlah analis pun memberikan rekomendasi terbaru terkait prospek harga BNBR. Head of Riset MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengingatkan investor agar lebih cermat karena saham BNBR kini diperdagangkan di papan pemantauan khusus atau full call auction (FCA). Herditya mematok target terdekat harga saham ini di kisaran level 66–72.
Sementara itu, Senior Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama memilih tidak memberi rekomendasi untuk perusahaan induk Grup Bakrie tersebut. “Not rated, mengingat tidak likuid,” ujar Nafan saat dihubungi Katadata, Senin (1/12).
Adapun BNBR melalui anak usahanya PT Bakrie Toll Indonesia (BTI) resmi mengakuisisi seluruh saham CCT dari PT Sarana Multi Infrastruktur atau SMI dan PT Waskita Toll Road (WTR). Penandatanganan Sale & Purchase Agreement digelar di Jakarta pada Jumat (28/11) lalu.
“Transaksi ini dilakukan sehubungan dengan adanya peluang strategis bagi Perseroan untuk mengakuisisi seluruh kepemilikan saham CCT yang saat ini dimiliki oleh SMI sebesar 55% dan WTR 35%,” ujar Direktur Utama dan CEO BNBR Anindya N. Bakrie dalam keterangan resmi dikutip Minggu (30/11).
BNBR sebelumnya telah memiliki 10% saham CCT. Dengan divestasi saham SMI sebesar 55% dan WTR sebesar 35%, perseroan menilai momentum ini tepat untuk mengonsolidasikan kepemilikan penuh.
Menurut Anindya, kepemilikan 100% memungkinkan grup memperkuat kontrol operasional, meningkatkan sinergi usaha serta menambah kontribusi pendapatan jangka panjang.
Wakil Direktur Utama BNBR A. Ardiansyah Bakrie menjelaskan, akuisisi dilakukan melalui pembelian 72 juta lembar saham senilai total Rp 1 triliun. BTI juga mengambil alih piutang SMI dan WTR kepada CCT senilai Rp 2,565 triliun.
“Ruas jalan tol Cimanggis-Cibitung ini sangat strategis, karena merupakan jalur alternatif untuk mengurai kemacetan di ruas tol lain, terutama Tol Jakarta-Cikampek, serta menjadi bagian penting dalam meningkatkan konektivitas dan efisiensi transportasi, serta pertumbuhan kawasan industri dan ekonomi di sekitar Jabodetabek,” kata Ardiansyah.
Menilik profilnya, PT Cimanggis Cibitung Tollways mengelola jalan tol sepanjang 26,18 kilometer dengan masa konsesi 45 tahun hingga 10 Agustus 2061. Proyek ini merupakan bagian dari jaringan Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2 yang menghubungkan Depok, Bekasi, Bogor, dan Kabupaten Bekasi.
Tol ini juga terhubung dengan Tol Jakarta–Cikampek, Jagorawi, Cinere–Jagorawi serta kelak dengan Jakarta–Cikampek 2 Selatan. Rinciannya, seksi 1 meliputi Cimanggis–Jatikarya (2,75 km), beroperasi sejak Oktober 2020, kemudian seksi 2A meliputi Jatikarya–Cikeas (3,78 km), beroperasi sejak Juni 2023 dan seksi 2B: Cikeas–Cibitung (19,65 km), diresmikan 9 Juli 2024.