Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI) menyatakan belum berencana menaikan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) mereka. Padahal, Bank Indonesia (BI) sudah menaikan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate 25 basis poin menjadi 4,5 persen.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodo mengatakan kredit KPR Bank Mandiri saat inimasih aman dalam jangka pendek. Dengan begitu, kenaikan bunga KPR masih belum perlu dilakukan. "Saya rasa masih 3-6 bulan lah, masih oke," katanya di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (25/4).
(Baca: Dirut Bank Mandiri Dorong BI Agresif Naikkan Suku Bunga)
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan sampai saat ini belum menaikkan bunga KPR. Namun, bank pelat merah ini masih terus menghitung dampak bunga kredit terhadap biaya pendanaan (cost of fund). "Kalau itu naik, tentunya kita akan lakukan adjustment. Tapi, sementara ini masih belum," katanya pada kesempatan yang sama.
Biasanya Bank BNI melihat terlebih dulu keadaan pasar dalam 1-2 bulan ke depan, setelah kenaikan suku bunga acuan BI. Dia masih perlu melihat dampak kenaikkan suku bunga acuan BI terhadap likuditas pasar.
Sejauh ini, Baiquni melihat likuiditas bukan hanya semata-mata ditentukan oleh suku bunganya. Pada saat suku bunga rendah, pertumbuhan kreditnya pun ternyata tidak tinggi. Sebaliknya, BNI memiliki pengalaman saat suku bunga lebih tinggi, ternyata permintaan kreditnya juga tinggi.
"Nah, ini juga tergantung pada kesempatan dari nasabah untuk bisnisnya," kata Baiquni. (Baca: Di Akhir Masa Jabatan, Gubernur BI Keluhkan Bunga Bank Masih Tinggi)
Sebelumnya, Bank Indonesia menaikkan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate 0,25 persen ke level 4,5 persen pada Kamis, pekan lalu. Kenaikan tersebut dilakukan di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan banyaknya tantangan global di antaranya arus keluar dana asing imbas siklus kenaikan bunga AS.
“Kebijakan tersebut ditempuh sebagai bagian dari bauran kebijakan BI untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global,” kata Gubernur BI saat itu, Agus Martowardojo.
(Baca: Gubernur Baru BI Perry Warjiyo Janji Respons Bunga Acuan Lebih Cepat)