Bank Rakyat Indonesia (BRI) tercatat sebagai bank yang paling besar meraup untung sepanjang semester I 2017. Bank pelat merah yang berfokus pada penyaluran kredit ke Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tersebut berhasil mencetak laba sebesar Rp 13,4 triliun atau naik 10,4% dibanding periode sama tahun lalu.
Pertumbuhan laba BRI tersebut melampaui perolehan laba Bank Central Asia (BCA) yang sebesar Rp 10,54 triliun, laba Bank Mandiri yang sebesar Rp 9,46 triliun, Bank Negara Indonesia (BNI) yang sebesar Rp 6,41 triliun, dan Bank Tabungan Negara (BTN) yang sebesar Rp 1,27 triliun. (Baca juga: Tumbuh 10,4%, Laba Bersih BRI Semester I Capai Rp 13,4 Triliun)
Adapun pertumbuhan laba BRI jauh lebih baik dari semester I tahun lalu yang hanya 1,51%. Direktur Utama BRI Suprajarto menjelaskan pertumbuhan laba terutama didorong oleh tingginya penyaluran kredit.
Total penyaluran kredit BRI sepanjang semester I tahun ini tercatat sebesar Rp 687,9 triliun atau naik 11,8% dibanding periode sama tahun lalu. Dari jumlah tersebut, sebanyak 74,4% di antaranya mengalir ke UMKM.
“Kenaikan laba lebih banyak didukung kredit. Kami akan terus meningkatkan penyaluran ke segmen UMKM dengan target tahun 2022 sebanyak 80% dari total penyaluran kredit," ujar Suprajarto saat Konferensi Pers, di Gedung BRI I, Jakarta, Kamis (3/8).
Meski penyaluran kredit tinggi, rasio kredit seret BRI tercatat terkendali di level 2,34% dari total kredit, lebih rendah dari rata-rata perbankan nasional yang sebesar 3,1% per Mei 2017. (Baca: Pendapatan Tumbuh Melambat, BCA Cetak Laba Rp 10,5 Triliun)
Suprajarto menambahkan, kenaikan laba BRI juga ditopang oleh pendapatan dari transaksi perbankan. Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, bank berhasil meraup fee based income (FBI) sebesar Rp 4,9 triliun atau lebih tinggi 19% dibanding periode sama tahun lalu. Salah satu penyumbang terbesarnya adalah jasa transaksi e-channel dan kartu debit.