Ekonomi India diprediksi hanya akan mendapat sedikit dampak atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). Morgan Stanley menyebut India mampu bertahan karena tidak banyak menjalin hubungan perdagangan dengan negara-negara anggota organisasi antarpemerintahan itu. (Baca: Pemerintah – BI Waspadai Efek Lanjutan Brexit).
Ekonom dari Morgan Stanley, Chetan Ahya menjelaskan, dampak dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan dirasakan oleh sektor finansial, yang diperlihatkan oleh gejolak suku bunga serta arus pasar modal. Bank sentral India atau Reserve Bank of India pun diharapkan turun tangan untuk mengurangi fluktuasi nilai tukar, serta mendorong pasokan uang tunai. Hal ini dibutuhkan jika arus keluar dari mata uang asing membuat likuiditas semakin ketat.
Ahya menjelaskan, perginya Inggris meninggalkan Uni Eropa akan berpengaruh terhadap pertumbuhan India dalam hal perdagangan dan sektor keuangan. “Namun karena volume ekspornya ke Inggris sedikit, dampak yang dirasakan India kecil jika dibandingkan dengan negara lainnya di kawasan itu,” katanya seperti dilansir Bloomberg, Senin, 27 Juni 2016.
Setelah referendum Brexit, kemarin nilai rupee sempat turun tapi kurang dari 0,1 pesen ke level 67,945 per dolar Amerika Serikat. Meski demikian, rupee tetap menjadi mata uang di Asia dengan catatan kinerja paling buruk, yang telah melemah hingga 2,6 persen. (Baca: Efek Brexit Lebih Memukul Rupiah ketimbang Perdagangan).
Namun, surat utang luar negeri India meningkat, dengan bagi hasil (yield) turun dua basis poin menjadi 7,46 persen untuk jangka waktu hingga Januari 2026. Morgan Stanley memprediksi rupee bisa menembus level 71 per dolar pada kuartal pertama tahun 2017, berdasarkan laporan 24 Juni lalu di London.
Rupee pernah menyentuh nilai terendahnya pada Agustus 2013, yang tercatat 68,845 per dolar. Mizuho Bank Ltd. memprediksi mata uang ini akan melemah hingga 70 per dolar dalam tiga bulan mendatang.
Kemarin, nilai mata uang India, rupee, stabil. Bank sentral India dikabarkan telah menjual dolar Amerika lembaga pinjaman milik pemerintah. “Ketidakpastian menyusul hasil referendum Inggris akan membawa tekanan bagi pertumbuhan serta inflasi di kawasan,” kata sejumlah ekonom Morgan Stanley dalam laporannya, Ahad, 26 Juni 2016.
Negara-negara yang paling merasakan dampak Brexit adalah Hong Kong, Singapura, dan Malaysia. Thailand, Indonesia, Taiwan, Korea, dan Cina terkena pengaruh moderat. Sementara itu, India dan Filipina hanya mendapat dampak yang sangat kecil. (Baca: BKPM Yakin Brexit Malah Tingkatkan Investasi Inggris di Indonesia).
Volume ekspor India ke Inggris hanya mencapai 3,4 persen dari total ekspor India. Menteri Keuangan India, Arun Jaitley mengusulkan para investor untuk menanamkan modal mereka di India. Ada beberapa pertimbangan, yaitu posisi eksternal India yang sangat memungkinkan, komitmen negara tersebut dalam kepatuhan terhadap fiskal, serta inflasi yang menurun.
Gubernur Reserve Bank of India, Raghuram Rajan pada Jumat pekan lalu mengatakan pasar akan segera melihat kondisi yang membaik beberapa hari setelah Brexit terjadi. Pernyataan ini dikeluarkan setelah rupee terperosok 1,1 persen, yang menjadi penurunan terbesar dalam sepuluh bulan terakhir.
Setelah Inggris tidak lagi menjadi bagian dari Uni Eropa, para investor mulai melirik produsen mobil asal Turki, perusahaan teknologi India, serta produsen platinum di Afrika Selatan.