Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebutkan pasar obligasi dan beberapa instrumen keuangan di Indonesia lainnya tidak menarik. Hal tersebut dipicu oleh bunga deposito yang terlalu tinggi, terutama bila dibandingkan dengan imbal hasil atau yield serupa di negara lain.
Menurut Kalla, hal ini secara langsung merefleksikan sistem dan pasar keuangan Indonesia yang sulit bersaing. Apabila bunga deposito ini berhasil diturunkan, masyarakat akan mulai melirik obligasi sebagai alternatif instrumen keuangan yang cukup menarik.
“Kami harapakan semua dapat bekerja untuk mewujudkan hal ini,” kata Kalla saat membuka ACI-Finnacial Market Association World Congress di Hotel Ritz Carlton, Jakrta, Jumat, 29 April 2016. (Baca: Jusuf Kalla: Bunga Kredit Indonesia Tertinggi di Asia).
Saat ini Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan pemerintah sedang bekerja keras untuk menurunkan tingkat bunga. Dengan bunga perbankan yang semakin rendah diharapkan industri keuangan melakukan efisiensi. Sehingga sektor lain dapat memanfatkananya untuk menggerakkan ekonomi yang masih lamban.
Langkah tersebut diperlukan untuk bersaing dengan lembaga keuangan negara lain terutama di ASEAN. “Apalagi kita lihat suku bunga bank Jepang negatif, sedangkan bisnis kita didominasi bunga tinggi,” kata Kalla. (Baca juga: BRI dan Mandiri Berencana Turunkan Bunga).
Oleh sebab itu, menurut Kalla, perbaikan sistem keuangan nasional harus menjadi perhatian, selain pembangunan infrastruktur yang tengah digalakkan. Lebih-lebih Indonesia sedang mengejar pasar keuangan yang lebih inklusif.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan langkah pendalaman pasar saat ini merupakan satu dari sekian langkah bank sentral untuk mengembangkan pasar uang dan pasar modal agar lebih cair. Hal ini sekaligus agar sistem keuangan memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi guncangan.
Menurutnya, BI telah merumuskam sejumlah strategi untuk melakukan pendalaman pasar keuangan. Salah satunya adalah memperluas keragaman instrumen keuangan, memperluas basis investor domestik, memperkuat infrastruktur pasar keuangan, serta dukungan koordinasi lintas lembaga keuangan. “Dalam hal koordinasi kami, Otoritas Jasa Keungan, dan Kementerian Keuangan telah melakukan nota kesepahaman untuk mendukung sistem pembiayaan,” ujar Agus.
Data Bank Indonesia pada bulan ini menunjukkan tingkat suku bunga deposito dipatok 4,75 persen. Walau masih relatif tinggi, di sisi lain, Direktur Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan mengatakan
imbal hasil (yield) Surat Utang Negara cenderung menurun sehingga bisa mendekati bunga deposito bank.
Untuk Surat Utang Negara bertenor 10 tahun, misalnya, turun dari 9,81 persen menjadi 7,9 persen. “Ini juga sangat baik untuk mengurangi beban bunga utang pemerintah,” katanya beberapa waktu lalu. (Lihat pula: Kalla Dorong Bunga UKM Lebih Kecil dari Pengusaha Kakap).