KATADATA ? Kinerja PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melambat selama semester I-2015. Ini terlihat dari pertumbuhan laba bersih selama periode Januari-Juni yang hanya 8,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada semester I-2015, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 8,5 triliun, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,9 triliun. Namun dilihat dari sisi pertumbuhannya, kinerja pada semester I tahun lalu mencatatkan pertumbuhan sebesar 24,2 persen.
Perlambatan ini seiring dengan situasi perekonomian Indonesia yang juga tengah melambat. Hal ini ikut berdampak terhadap kinerja perbankan. ?Banyak (perusahaan) yang berpikir jangan investasi sekarang. Investasi kan mengeluarkan uang sekarang, bunganya di bayar sekarang. Itu mubazir,? ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja di Jakarta, Rabu (29/7). (Baca: Ekonomi Melambat, Perbankan Revisi Target Kredit)
Meski demikian, dia menilai, kinerja perseroan secara keseluruhan mampu mempertahankan profitabilitas dengan cukup baik. Selama semester I BCA berhasil membukukan pendapatan bunga dan operasional meningkat 14,2 persen (yoy) menjadi Rp 22,6 triliun. Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8 persen menjadi Rp 455 triliun.
Hingga akhir Juni, BCA mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 8 persen dengan outstanding mencapai Rp 347,1 triliun. Jahja menjelaskan, ini didukung oleh kredit konsumer yang tumbuh 9,2 persen menjadi Rp 96,4 triliun.
Penyaluran ke segmen ini didukung oleh portfolio kredit pemilikan rumah (KPR) yang naik 7,7 persen menjadi Rp 56,9 triliun dan kredit kendaraan bermotor (KKB) naik 11,6 persen menjadi Rp 30,5 triliun. Kredit korporasi juga tercatat tumbuh 6,4 persen menjadi Rp 113,2 triliun. (Baca: Empat Bank Besar Bakal Kelola Dana BLU Sawit)
Jahja mengakui, bahwa penyaluran kredit ke sektor ini mengalami perlambatan di semua sektor. Khususnya untuk industri sawit yang terkenda dampak penurunan harga komoditas. Sementara, outstanding kartu kredit mencapai Rp 9 triliun, naik 10,5 persen. Adapun, kredit komersial dan UKM naik 8,3 persen menjadi Rp 137,5 triliun.
Direktur Korporasi BCA Dhalia Mansor Ariotedjo mengatakan, sektor properti yang paling banyak menahan kredit untuk investasi tahun ini. Dia pun pesimistis pertumbuhan kredit korporasi akan membaik pada semester II. Namun, menurut dia, bila melihat pola tahun sebelumnya kenaikan bisa terjadi pada kuartal IV.
?Semua sektor sekarang menahan (investasi). Kami lihat di awal tahun, permintaan kredit juga sedikit,? tutur Dahlia.