KATADATA ? PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan laba bersih Rp 19,9 triliun sepanjang 2014 atau tumbuh 9,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ini merupakan pertumbuhan laba bersih perseroan yang terendah dalam lima tahun terakhir.
Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, perlambatan pertumbuhan laba bersih bank dengan aset terbesar nasional itu lantaran ingin menambah cadangan di anak usaha, terutama Bank Syariah Mandiri.
?Kami ingin menambah provisi untuk Bank Syariah Mandiri sebesar Rp 1 triliun,? kata dia dalam keterangan kepada pers di Jakarta, Rabu (11/2).
Perlambatan kinerja laba bersih Bank Mandiri sudah terjadi sejak tiga tahun terakhir. Pada 2012, laba bersih perseroan tumbuh 26 persen menjadi Rp 16 triliun. Setahun berikutnya, laba bersih Bank Mandiri hanya tumbuh 13 persen menjadi Rp 18,2 triliun.
Padahal pada periode 2010 dan 2011, pertumbuhan laba bersih emiten berkode BMRI itu selalu di atas 30 persen.
Meskipun pertumbuhan laba bersihnya yang terendah dalam lima tahun, namun kinerja perseroan masih mampu memenuhi ekspektasi pasar. Sepanjang 2014, pasar menargetkan laba bersih perseroan sebesar Rp 19,8 triliun. Ini berarti laba bersih Bank Mandiri 0,4 persen lebih tinggi dari estimasi.
Budi mengatakan, sepanjang tahun lalu perseroan menyalurkan kredit sebesar Rp 530 triliun atau tumbuh 12,2 persen, dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) sebesar 2,15 persen. Peningkatan penyaluran kredit tersebut membuat aset peseroan tumbuh 16,6 persen menjadi Rp 855 triliun.
?Pencapaian ini menjadikan Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia,? kata dia.
Lebih lanjut Budi mengatakan, Bank Mandiri terus memacu pembiayaan ke sektor produktif. Ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kredit ke sektor produktif sebesar 13,9 persen mencapai Rp 410,6 triliun.
Dari jumlah itu, kredit investasi tumbuh 9,1 persen dan kredit modal kerja tumbuh 16,7 persen. Adapun sektor terkait infrastruktur yaitu konstruksi mencatat akselerasi pertumbuhan sebesar 19,1 persen, diikuti oleh industri pengolahan sebesar 15,5 persen.