Geliat Infrastruktur saat Corona, SMI Gaet Utang Jumbo dari Bank Asing

SMI
Ilustrasi. PT SMI merupakan emiten dengan outstanding obligasi korporasi terbesar ke-4 di Indonesia.
Penulis: Agustiyanti
10/9/2020, 15.57 WIB

PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) mengantongi pinjaman sindikasi dari sejumlah bank asing sebesar US$ 700 juta atau Rp 10,26 triliun. Pendanaan ini merupakan fasilitas pinjaman asing terbesar yang pernah ditarik perusahaan.

Pinjaman diberikan oleh mitra perbankan yang berasal dari Indonesia, Singapura, Jepang, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan. Proses perolehan fasilitas didukung oleh beberapa Mandated Lead Arrangers & Bookrunners yang terdiri dari MUFG Bank, UOV, Standard Chartered Bank, Bank Of China, dan CTBC.

Ini merupakan pinjaman sindikasi asing kedua yang diperoleh SMI sejak mengantongi US$ 175 juta pada 2014.

"Perjanjian ini menjadi sinyal bahwa sektor pembangunan infrastruktur memiliki daya tahan atau resilience sehingga akan terus menjadi sektor strategis di tanah air, meskipun di tengah ancaman resesi ekonomi," ujar Direktur Utama PT SMI Edwin Syahruzad dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/9).

Ia pun berharap keberlanjutan pembangunan infrastruktur dapat menjadi pemicu untuk membangun kembali perekonomian pada fase recovery dari pandemi. Target awal pinjaman adalah sebesar US$ 500 juta dengan opsi greenshoe sebesar US$ 200 juta.

"Dengan permintaan yang tinggi, SMI berhasil mendapatkan total pinjaman sindikasi sebesar US$ 700 juta di tengah kondisi pelemahan ekonomi karena pandemi Covid-19," katanya.

Ia menjelaskan dana pinjaman sindikasi ini akan digunakan untuk pembiayaan kembali dan memenuhi kebutuhan pembiayaan baru yang diperuntukkan bagi pembangunan proyek-proyek infrastruktur. Dengan demikian, diharapkan struktur asset liability management perusahaan akan menjadi lebih baik dan sehat.

Hingga Juli 2020, SMI telah memberikan efek pengganda hingga 6,79 kali dari total komitmen dan 22,22 kali dari modal disetor. Total nilai proyek yang telah dibiayai oleh SMI mencapai Rp 678,16 triliun dengan total komitmen sebesar Rp 99,9 triliun dari aset yang mencapai Rp 79,8 triliun dan ekuitas Rp 37 triliun.

"Hal ini membuktikan bahwa sektor infrastruktur adalah asset class yang sangat diminati," katanya.

SMI hingga kini telah menghimpun dana dari berbagai sumber yang berasal dari pasar modal, perbankan, dan institusi internasional. Sejak 2014, SMI aktif menerbitkan obligasi dan mendapat respons baik dengan beberapa kali mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed), baik dari investor lokal maupun asing.

Dengan total obligasi yang diterbitkan mencapai Rp 29 triliun, SMI menjadi emiten dengan total obligasi korporasi terbesar ke-4 di Indonesia. Dari total obligasi SMI sebesar Rp 23 triliun, 20% diantaranya dimiliki oleh investor asing.

Ekonom PT Bank Central Asia David Samual menjelaskan, minat asing dalam menempatkan dana di Indonesia masih terbilang tinggi meski perekonomian terkontraksi dan ada ketidakpastian terkait pandemi Covid-19. Ini lantaran kondisi fundamental ekonomi Indonesia terbilang baik terutama dibandingkan negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura, dan negara-negara Eropa.

"Ekonomi kita pada kuartal II 2020 terkontraksi cukup dalam, tapi masih di kisaran 5,32%. Sedangkan negara-negara maju, minus hingga dua digit," jelasnya.

Pinjaman asing yang masih mengalir ke korporasi dan kas negara membuat cadangan devisa Indonesia terus meningkat. Pada Agustus, BI mencatat cadangan devisa kembali mencetak rekor tertinggi mencapai US$ 137 miliar.