Tekan Biaya Operasional, Laba Bersih BCA Kuartal I Tumbuh 7%

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Jahja Setiaatmadja selaku Presiden Direktur memberikan sambutan dalam hari ulang tahun ke 62 BCA di ICE BSD, Tanggerang, Banten (22/2).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
22/4/2021, 18.18 WIB

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan laba bersih sebesar Rp 7,04 triliun pada kuartal I 2021, atau naik 7% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 6,58 triliun.

Berdasarkan laporan keuangannya, BCA mampu membukukan pendapatan bunga bersih Rp 14,13 triliun dalam tiga bulan pertama tahun ini atau tumbuh 3,3% dari Rp 13,68 triliun pada kuartal I 2019.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, kinerja BCA dan entitas anak tidak lepas dari dukungan stimulus pemerintah untuk memacu permintaan kredit konsumer. Jahja menilai, daya beli masyarakat sebenarnya masih ada di pasar.

Hal tersebut terlihat dari acara yang digelar BCA pada Maret lalu, dimana dalam satu bulan pelaksanaanya, mencatatkan 1,2 juta pengunjung. "Serta pengajuan aplikasi KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan KKB (Kredit Kendaraan Bermoto) masing-masing Rp15 triliun dan Rp5 triliun. Hal ini menjadi sinyal bahwa daya beli masyarakat masih ada di pasar," kata Jahja dalam konferensi pers kinerja, Kamis (22/4).

Meski begitu, BCA hanya mampu mengantongi pendapatan non-bunga senilai Rp 4,95 triliun atau turun 14,5% dari raihan sebelumnya Rp 5,79 triliun. Hal itu disebabkan penurunan pendapatan perdagangan atau trading income yang  mencapai 64,7% menjadi Rp 523 miliar dari semula Rp 1,48 triliun. Alhasil, total pendapatan operasional BCA menyusut 2% menjadi Rp 19,08 triliun dari sebelumnya Rp 19,47 triliun.

Profitabilitas BCA tumbuh, tercermin dari laba operasi pra-provisi (PPOP) BCA yang naik 18,3% menjadi Rp 11,85 triliun dari Rp 10,01 triliun. Hal itu disebabkan biaya operasional yang lebih efisien 23,6% menjadi hanya Rp 7,23 triliun dari semula Rp 9,46 triliun. Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum usai, BCA melakukan pencadangan hingga Rp 3,25 triliun atau lebih tinggi 50,3% dibandingkan periode sebelumnya Rp 2,16 triliun.

Kredit Susut, Likuiditas Longgar

Kondisi penyaluran kredit dan simpanan membuat posisi likuiditas BCA sangat longgar. Terlihat dari rasio perbandingan pinjaman terhadap simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) di level 65,2% atau melonggar dibandingkan periode sama tahun lalu 77,6%.

Dari sisi kinerja intermediasi, total penyaluran kredit (outstanding) BCA tercatat senilai Rp 586,79 triliun pada kuartal I 2021, atau turun 4,1% dibanding kuartal I 2020 Rp 612,16 triliun. Segmen yang merosot paling tajam adalah KKB yakni anjlok 23,7% menjadi Rp 36 triliun dari semula Rp 47,15 triliun.

Selain itu, kredit konsumer juga menyusut 10% dari Rp 154,92 triliun menjadi hanya Rp 139,48 triliun. Segmen kartu kredit turun 7,8% menjadi Rp 14,06 triliun dari sebelumnya Rp 15,24 triliun. Sedangkan, penyaluran KPR juga merosot 3,4% menjadi Rp 89,42 triliun dari sebelumnya Rp 92,52 triliun.

Kredit komersial dan Usaha Kecil Menengah (UKM) juga tak luput dari pelemahan yakni sebesar 6,4% menjadi Rp 178,94 triliun dari Rp 191,17 triliun. Hanya penyaluran kredit segmen korporasi yang tumbuh tipis 0,9% menjadi Rp 262,64 triliun dari sebelumnya Rp 260,38 triliun.

Di tengah pandemi Covid-19, catatan kredit macet atau non performing loan (NPL) BCA meningkat tipis ke level 1,8%. dari periode sebelumnya 1,6%. Kualitas kredit ini sebenarnya mulai membaik secara bertahap dari kondisi kuartal II 2020 yang sempat melonjak 2,1%.

Dari sisi simpanan, dana pihak ketiga (DPK) BCA naik 14,6% menjadi Rp 849,41 triliun dari Rp 741,02 triliun. Totalnya masih didominasi oleh dana murah (CASA) dengan nilai Rp 655,84 triliun atau naik 15,4% dari Rp 568,52 triliun. Sementara, deposito berjangka Rp 193,57 triliun atau tumbuh 12,2% dari Rp 172,49 triliun.

Reporter: Ihya Ulum Aldin