PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) menganggarkan belanja modal sekitar Rp 20 miliar pada 2021. Sebagian dana akan dialokasikan untuk mengembangkan berbagai layanan dan fitur perbankan digital, di tengah maraknya perbankan nasional yang beralih menjadi bank digital.
"Estimasi 15-20 Capex (capital expenditure) tahun ini. Untuk pengembangan digital menyesuaikan," ujar Sekretaris Perusahaan Bank Ganesha Febrina Kenya Savitri kepada Katadata.co.id, Rabu (19/5).
Presiden Direktur Bank Ganesha Lisawati mengatakan, belanja modal bersumber dari anggaran rutin yang telah disiapkan setiap tahun sesuai dengan rencana bisnis bank.
Kendati demikian, Lisnawati menegaskan Bank Ganesha belum berencana untuk menjadi bank digital. "Sampai sejauh ini Bank Ganesha belum berencana untuk menjadi bank digital," kata Presiden Direktur Bank Ganesha Lisawati kepada Katadata.co.id, Rabu (19/5).
Lisawati mengatakan, tahun ini perusahaan melakukan transformasi digital melalui pengembangan layanan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), cardless withdrawal, dan online onboarding pada aplikasi Bangga.
"Pengembangan digital khususnya akan dilakukan pada aplikasi mobile banking Bangga yang telah dirintis sejak 2018 dan akan terus dikembangkan sesuai kebutuhan nasabah," kata Lisawati.
Sejalan dengan pengembangan platform digitalnya, Bank Ganesha tetap berkomitmen untuk meningkatkan modal inti sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tahun ini, minimal modal inti bank ditetapkan Rp 2 triliun dan tahun depan Rp 3 triliun. Namun, per akhir 2020, modal inti bank ini masih berada di kisaran Rp 1 triliun.
Lisawati mengatakan, perusahaan sedang mengkaji beberapa opsi untuk mencari solusi yang terbaik bagi Bank Ganesha terkait penambahan modal inti. Namun, Lisawati tidak mau menjabarkan lebih detail terkait opsi-opsi yang dimaksud.
"Diharapkan pelaksanaannya dapat memenuhi tenggang waktu yang telah ditetapkan," kata Lisawati menambahkan.
Bank Ganesha sempat disebut-sebut sebagai salah satu bank yang akan diakuisisi oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada Agustus 2018. Namun, BCA akhirnya mengakuisisi Royal Bank Indonesia dan Rabobank Indonesia. BCA gagal membeli Bank Ganesha dikabarkan karena harganya terlalu mahal.
Hal yang pasti, Bank Ganesha harus berkompetisi dengan sederet bank kecil lain yang juga tengah memburu investor baru lewat rencana menjadi bank digital.
Dari sisi kinerja, Bank Ganesha tertekan pandemi COVID-19. Per Desember 2020, penyaluran kredit Bank Ganesha senilai Rp 2,63 triliun, turun 12 persen secara tahunan. Pada periode sama, dana pihak ketiga (DPK) Bank Ganesha senilai Rp 4,12 triliun, turun 14 persen dari periode sebelumnya.