PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menargetkan penyaluran kredit sepanjang 2021 tumbuh 5,5% sampai 7% secara tahunan. Target tersebut lebih rendah dibanding target pada awal tahun yang sebesar 6%-9%.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan salah satu alasan revisi turun target pertumbuhan kredit karena melihat pertumbuhan kredit industri lesu hanya di level 0,4%, meski kredit BNI tumbuh 4,5% pada semester I-2021.
"Di sini memang kami lihat ada beberapa faktor (risiko), walaupun kami yakin bahwa di semester 2 ini masih ada ruang untuk bertumbuh," kata Royke dalam konferensi pers paparan kinerja semester I-2021 secara virtual, Senin (16/8).
Sementara itu, laba bersih sebesar Rp 9,5 triliun pada akhir 2021, atau tumbuh sekitar 190% dibanding laba 2020 yang senilai Rp 3,28 triliun.
"Dari sisi laba, BNI target sih di kisaran tetap Rp 9 triliun sampai Rp 9,5 triliun pada 2021," ujar Royke.
Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan mengatakan, penyaluran kredit pada segmen korporasi tetap ditargetkan tumbuh positif pada sisa tahun ini. "Kami akan tumbuh tetap positif, tetap memupuk pertumbuhan kredit di sektor ini," katanya.
Seperti diketahui, kredit korporasi masih berkontribusi besar terhadap pertumbuhan kinerja BNI. Pada semester I-2021, BNI menyalurkan kredit pada korporasi swasta senilai Rp 179,1 triliun atau tumbuh 7,9% secara tahunan. Namun, penyaluran kredit ke sesama perusahaan milik negara menurun 8,1% menjadi Rp 108,3 triliun.
Henry mengatakan, setidaknya ada dua risiko kombinasi yang membayangi penyaluran kredit korporasi, yaitu risiko bisnis dari industrinya dan fase bisnis perusahaan itu sendiri. Dua hal ini yang akan dimitigasi oleh BNI untuk penyaluran kredit.
Strategi yang akan digunakan untuk menyalurkan pinjaman kepada korporasi salah dengan fokus ekspansi pada perusahaan top tier di industri yang tangguh dan berkelanjutan dalam situasi saat ini. Selain itu, BNI menerapkan manajemen risiko untuk memastikan ekspansi kredit di sektor ini sesuai dengan visi BNI.
Royke menambahkan, untuk target kualitas kredit yang diberikan, BNI menargetkan adanya perbaikan. Hal tersebut terlihat dari target rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) di bawah 4%. Padahal pada 2020, NPL BNI mencapai 4,3%.
BNI juga menargetkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 1%-5% yang salah satu pendukungnya adalah dana murah (CASA). "Kami perkirakan DPK juga akan tumbuh sebesar low and mid single digit," kata Royke.
Ia mengatakan, BNI akan menjaga rasio CASA terhadap seluruh DPK pada tahun ini di antara 65% sampai 68%, meski pada semester I-2021 ini rasionya mencapai 69%. Salah satu langkah untuk mencapainya adalah dengan mengembangkan fitur mobile banking dan e-channel sebagai pengumpul dana murah.