Ubah Citra sebagai Bank Digital, BRI Agro Ganti Nama Jadi Bank Raya

ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.
Karyawan memantau pergerakan harga saham di Kantor Mandiri Sekuritas, Jakarta, Rabu (15/7/2020). Pada penutupan perdagangan Rabu (15/7), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,07 persen atau 3,324 poin ke level 5.075,798.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
27/9/2021, 18.25 WIB

PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk atau BRI Agro mengubah nama menjadi PT Bank Raya Indonesia Tbk. Hal itu dilakukan demi mengubah citra di tengah upayanya menjadi bank digital.

Nama baru itu disetujui dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar Senin (27/9) dan efektif setelah mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan HAM RI.

"Seiring dengan ulang tahun BRI Agro ke-32, kami juga telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk mengubah nama baru menjadi Bank Raya," kata Direktur Utama BRI Agro Kaspar Situmorang dalam paparan publik usai RUPSLB, Senin (27/9).

Kaspar menyampaikan komitmen mengubah nama menjadi Bank Raya karena BRI Agro ingin mengubah wajah (image) perusahaan. Nama BRI Agro dinilai sangat lekat dengan agrikultur dan perkebunan sawit, sehingga dengan nama Bank Raya, Kaspar berharap perusahaan bisa menjadi sepenuhnya berorientasi menjadi bank digital.

Selain melakukan perubahan nama, RUPSLB yang dihadiri oleh 88,49% pemegang saham tersebut juga menyetujui rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu alias rights issue. Rencananya BRI Agro menerbitkan seabnyak-banyaknya 2,15miliar unit saham baru atau 9,96% dari modal.

Dana hasil pelaksanaan rights issue itu akan digunakan untuk penguatan permodalan terutama sebagai modal kerja dalam rangka penyaluran dana berbasis digital. Seperti diektahui, emiten berkode saham AGRO itu ttengah menjalankan proses transformasi bisnis model baru serta membenahi bisnis yang sudah ada.

"Arah transformasi tersebut akan menyasar segmentasi pasar yang baru yaitu untuk memberikan layanan terhadap sektor gig economy (sektor pekerja informal)," kata Kaspar.

Kaspar menilai, setiap tahunnya jumlah pekerja sektor informal di Indonesia meningkat secara konsisten. Laju tersebut semakin didorong pandemi Covid-19. Berdasarkan data yang dimilikinya, jumlah pekerja informal meningkat 27,07% secara tahunan, sedangkan jumlah karyawan penuh waktu turun sebesar 8,84% tahunan.

Lonjakan pekerja informal ini, dinilai berkontribusi terhadap pertumbuhan angkatan kerja secara positif dalam bentuk penambahan sebanyak 1,94 juta pekerja baru selama masa pandemi. Kaspar percaya jumlah pekerja informal mencapai 74,81 juta pada 2025.

"Melihat perkembangan yang tengah terjadi ke arah digital pekerja informal akan menjadi pilar penting yang memperkuat dan memajukan perekonomian bangsa," kata Kaspar.

Transformasi digital BRI Agro sebenarnya sudah dimulai sejak 2019 dengan meluncurkan produk digital bernama Pinang yang bisa menyalurkan kredit secara digital. Dalam proses transformasi, BRI Agro menjalankan bisnis model yang baru dan membenahi bisnis yang sudah ada.

"Harapan kami perubahan ini dapat memaksimalkan penciptaan nilai yang kami berikan kepada pemangku kepentingan kami, memperoleh nasabah yang lebih luas lagi, dan memberikan manfaat ekonomi kepada mitra bisnis dan pekerja," kata Kaspar.

Reporter: Ihya Ulum Aldin