PT Bank BPTN Tbk (BTPN) membukukan laba bersih konsolidasi sepanjang 2021 sebesar Rp 2,66 triliun atau melonjak 52% dibanding untung bersih 2020 yang sebesar Rp 1,75 triliun. Pencapaian ditopang oleh penyusutan biaya kredit, penurunan beban bunga, dan kenaikan pendapatan operasional lain-lain.
Berdasarkan data perusahaan, biaya kredit yang lebih rendah 25% dari Rp 2,8 triliun menjadi Rp 2,11 triliun, dan beban bunga menyusut 38% dari Rp 5,78 triliun menjadi Rp 3,61 triliun. Di sisi lain, pendapatan operasional lainnya meningkat 16% dari Rp 1,69 triliun menjadi Rp 1,96 triliun.
"Pencapaian ini turut mencerminkan fundamental yang kian menguat, terlepas kondisi yang penuh ketidakpastian akibat pandemi Covid-19." kata Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana, Kamis (24/2).
Penurunan beban bunga yang dicatat Bank BTPN sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan meningkatnya saldo serta rasio rekening giro dan tabungan atau Current Account Saving Account (CASA).
Hal ini berakibat pada penurunan biaya dana yang tercermin dari menurunnya biaya dana rupiah dari 5 % pada kuartal IV 2020 menjadi 3,3% pada kuartal IV 2021, sementara biaya kredit tercatat lebih rendah dibanding tahun lalu.
Meskipun begitu, Bank BTPN senantiasa melakukan pemantaian kualitas kredit nasabah, mengelola restrukturisasi kredit dan menjaga kecukupan pencadangan biaya kredit.
Secara operasional, Bank BTPN mencatat kenaikan pada pendapatan operasional lainnya sebesar 16% dari Rp 1,69 triliun menjadi Rp 1,96 triliun, terutama berasal dari peningkatan pendapatan biaya, transaksi valuta asing dan produk investasi. Biaya operasional meningkat tipis dibanding tahun lalu sebesar 1% menjadi Rp 6,98 triliun.
Di sisi lain, Bank BTPN berhasil menjaga kualitas kredit nasabah agar tetap berada di level yang sehat, seperti tercermin dari rasio kredit bermasalah kotor atau gross non performing loan yang berada di level 1,68%, masih relatif rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,19% pada akhir November 2021.
"Total kredit yang disalurkan Bank BTPN per akhir Desember 2021 tercatat Rp 135,6 triliun, di mana segmen korporasi, komersial, dan syariah membukukan pertumbuhan kredit mencapai 7% secara tahunan,"
Secara keseluruhan, dana pihak ketiga Bank BTPN meningkat sebesar 9% dari Rp 100,79 triliun pada akhir Desember 2020 menjadi Rp 109,38 triliun pada akhir 2021. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah CASA sebesar 37% dari Rp 27,69 triliun menjadi Rp 37,88 triliun, sehingga rasio CASA meningkat dari 27,5% menjadi 34,6%, sementara deposito berjangka turun 2% menjadi Rp 71,5 triliun.
Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan sejalan dengan upaya menekan biaya dana seiring dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Bank BTPN berhasil menjaga rasio likuiditas dan pendanaan dalam tingkat yang sehat melebihi ketentuan minimum sepanjang 2021, di tengah tantangan perlambatan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19 yang masih berlanjut.
Rasio cakupan likuiditas atau Liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 187,3% dan rasio pendanaan bersih atau net stable funding ratio (NSFR) 126,6% pada posisi 31 Desember 2021. Bank BTPN mencatat kenaikan aset sebesar 5%, dari Rp 183,17 triliun menjadi Rp 191,92 triliun, dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) 26,2%.
“Seiring pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh berbagai pihak, sebagai sebuah institusi perbankan kami turut mengambil bagian melalui berbagai insentif dan program untuk membantu nasabah, kami percaya bahwa kami bisa mempertahankan kinerja baik ini dan semakin memperkuat fundamental guna memberikan kontribusi yang bisa dirasakan oleh lebih banyak masyarakat Indonesia,” tutup Ongki.