Sejumlah bank digital di Indonesia mematok suku bunga deposito yang bervariasi, mulai dari 3,5% hingga 6%. Tidak sedikit pelaku bank digital mematok bunga deposito yang di atas suku bunga penjaminan LPS.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Katadata.co.id dari beberapa situs perusahaan bank digital Tanah Air, Digibank by DBS misalnya, menawarkan bunga deposito yang bervariasi mulai dari 3% untuk tenor sebulan hingga sebesar 3,50% per tahun. Kemudian, PT Bank Jago Tbk (ARTO), juga menawarkan bunga deposito sebesar 3,50% sampai dengan 4% per tahun.
Sementara itu, Bank Jenius menawarkan suku bunga deposito hingga maksimal sebesar 4% dengan nilai pokok mulai dari Rp 10 juta. Sea Bank, menawarkan suku bunga yang ditawarkan pada rekening tabungan sebesar 4% per tahun. Sedangkan, Allo Bank menawarkan suku bunga deposito mencapai 6%.
Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) Indra Utoyo menjelaskan, perang suku bunga deposito bank digital menjadi tidak terhindarkan. Demikian halnya yang dilakukan oleh Allo Bank dengan mematok bunga simpanan yang lebih tinggi dari rata-rata bunga simpanan yang dijamin LPS sebagai strategi untuk menarik minat nasabah.
"Memang sekarang sih, kita bukan yang paling tinggi, tapi termasuk tinggi dibanding bank konvensional, karena kita masih baru," kata Indra, saat wawancara khusus dengan Katadata.co.id, di kantornya, Selasa (12/7).
Indra menuturkan, meski baru meluncur 1,5 bulan, Allo Bank kini sudah memiliki sebanyak 1,6 juta nasabah. Targetnya diperkirakan akan terus bertambah hingga akhir tahun ini menjadi sebesar 6 juta nasabah.
Dia pun membeberkan alasan, bank-bank digital berani mematok suku bunga simpanan yang tinggi karena biaya overhead, atau biaya operasional perbankan yang menyumbang terhadap perhitungan suku bunga kredit terbilang rendah bila dibanding bank konvensional.
"Ini keuntungan bank digital, dia punya ruang untuk ngasih marjin yang lebih tinggi ketimbang bank umum yang overhead-nya tinggi," imbuhnya.
Indra menambahkan, sebagai bank digital, Allo Bank memiliki keunggulan kompetitif bila dibandingkan bank digital lainnya, yakni terkoneksi dengan ekosistem Grup CT Corp mulai dari lini bisnis jaringan retail, department store, fesyen, taman hiburan, makanan dan minuman, serta bisnis media.
Sementara itu, Salim Grup memiliki ekosistem fisik berupa gerai retail, dan produk kebutuhan sehari-hari yang meluas di seluruh Indonesia. Dari sisi digital, CT Corp juga akan berkolaborasi dengan ekosistem digital yakni, Bukalapak, Grab, Traveloka, dan Carro, untuk melengkapi aktivitas bisnisnya.
Ke depan, Allo Bank juga masih menerima investor institusi lain yang berminat bergabung menjadi pemegang saham dengan Allo Bank. "Dengan kolaborasi ekosistem digital dan fisik ini, kami bisa declare (mengumumkan) bahwa ekosistem kami jadi yang terbesar di Indonesia," kata Ultimate Shareholder Allo Bank Chairul di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (11/1).