Bank pelat merah, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengungkap sejumlah tantangan metaverse di dunia perbankan.
Tantangan yang dimaksud antara lain terkait, infrastruktur, keamanan, regulasi, Sumber Daya Manusia (SDM), dan literasi teknologi yang memadai.
Direktur Teknologi Informasi Bank Mandiri, Timothy Utama mengatakan, untuk masuk ke metaverse, harus siap dalam hal infrastruktur dan cara menangani digitalisasi.
"Jadi kesempatan yang ada bia terjadi kalau kita siap dalam hal infrastruktur dan cara kita menangani digital," katanya dalam acara 'Indonesia Digital Conference', Rabu (23/11).
Menurut dia, ada beberapa poin besar yang diperhatikan oleh Bank Mandiri terkait pengembangan Metaverse di sektor perbankan. Pertama, harus siap dengan digitalisasi. Di mana infrastruktur, sistem, komputasi awan atau cloud, dan lainnya harus siap untuk menyambut digital.
Kedua, harus membangun digital native products yang berarti mengembangkan proses manual untuk diterapkan ke digital. Ketiga, memiliki ekosistem dan merangkum ekosistem ini untuk menjadi peluang.
"Hari ini semua orang bercerita tentang transformasi, semua orang bercerita sebagai ekosistem, mengatakan kedua hal ini sangat gampang tapi menerjemahkannya dari konteks untuk menjadikan peluang merupakan tantangan," katanya.
Selain itu, beberapa hal yang menjadi tantangan lain yaitu, kerangka regulasi, keamanan, dan metode pembayaran. Sebagai informasi, saat ini, metode pembayaran di metaverse belum diijinkan oleh regulator.
Sependapat, General Manager Divisi IT Strategy & Architecture BNI, Ari Pratiwi mengatakan, beberapa tantangan perbankan memasuki metaverse ialah kesiapan adopsi teknologi terbaru dan literasi yang memadai.
Kedua, pemerataan infrastruktur yang mendukung dan akses yang terjangkau. Ketiga, verifikasi indentitas dan edukasi keamanan informasi pribadi. Keempat, kesiapan pekerja dengan adopsi teknologi dan budaya kerja yang baru. Terakhir, regulasi yang melindungi dan mendorong pertumbuhan industri inovasi digital.
AVP Head of Artificial Intelligence, Andhika Rachman mengatakan, BRI diketahui merupakan bank yang banyak digunakan masyarakat di pedesaan dan pedalaman. Menurutnya, hal yang menjadi tantangan yaitu, bagaimana koneksi internet dapat diakses oleh masyarakat di pedalaman.
Adapun, BRI melakukan implementasi transformasi digital dengan membuka kantor cabang daring atau virtual branch dalam dunia metaverse.
Dalam tahap awal era metaverse ini, BRI memanfaatkan teknologi dengan menghadirkan Virtual Branch yang merupakan edukasi perbankan dan layanan digital lainnya.
Corporate Secretary BRI, Aestika Oryza Gunarto mengatakan, digitalisasi ini diharapkan dapat semakin memudahkan masyarakat untuk mendapat layanan perbankan secara cepat, mudah, efektif, dan aman. Tak hanya itu, transformasi digital ini juga diharapkan dapat menjangkau masyarakat lebih luas lagi serta pelaku UMKM.
Dalam upaya mendongkrak inklusi keuangan, bank pelat merah berkode emiten BBRI ini juga menghadirkan layanan yang dilakukan secara hibrida. Dalam melayani nasabah, layanan phygital ini dapat diakses secara daring maupun luring.
Menurut catatan Katadata, Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mulai masif merambah metaverse. Selain BRI, BNI dan Bank Mandiri juga telah masuk ke dalam ekosistem metaverse untuk mengembangkan bisnis digitalnya.