Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak usaha mikro, kecil, dan menengah bangkrut. Namun, tak sedikit UMKM yang berhasil bertahan, bahkan tumbuh lebih kencang. Digitalisasi adalah kuncinya.
Penjual Sayur di Pasar Pelita Jakarta Utara, Darsih adalah salah satu pelaku mikro yang justru meraup berkah dari pandemi. Ide berjualan online sudah ada dibenaknya sejak lima tahun silam. Toko online pun sudah dibuka sebelum pandemi, tetapi masih sepi.
Darsih awalnya mencoba berjualan baju melalui media sosial dan platform e-commerce. Keinginannya sederhana, mengumupulkan uang untuk membantu penghasilan suami yang sehari-hari berjualan di pasar. Namun, toko online-nya tak berkembang sesuai harapan.
Pandemi justru menjadi berkah bagi Darsih. Pembatasan aktivitas sosial membuat masyarakat berbondong-bondong belanja secara daring. Toko sayur suami yang mendadak sepi di pasar pun memunculkan ide baru terhadap toko online-nya yang sudah mati suri.
"Sehari bisa kirim hingga 10 paket. Belanjanya biasanya banyak dan macam-macam, ada yang sampai Rp 800 ribu," ujar Darsih menceritakan penjualan di masa awal pandemi.
Penjualan toko sayur online Darsih bahkan jauh melampaui penjualan dari toko fisik sang suami di pasar sebelum hari-hari pandemi. Meski kini tak seramai dulu, ia mengatakan masih memiliki banyak pelanggan di toko online.
Ia mempelajari cara berjualan online secara otodidak. Darsih bahkan beberapa kali mengikuti kelas video streaming berbayar di Facebook tentang cara berdagang online yang melibatkan nama influencer. "Ada kelas yang bayar itu, nanti ada video-nya bagaimana membuat supaya Instragram dan Facebook kita bisa ada link. Jadi kalau minat, bisa langsung ke whatsapp. Itu saya nonton beberapa kali hingga bisa," katanya.
Barang dagangan Darsih awalnya hanya dikemas menggunakan kantong plastik kresek seperti saat pembeli berbelanja di pasar. Ia lalu mencontoh pengemasan para pedagang online lain yang sudah memiliki ribuan pengikut dan pembeli.
"Setelah pengemasannya rapi, dinilai bagus sama orang-orang di Tokopedia, jadi lebih banyak yang beli," katanya.
Pandemi menjadi momentum bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk melakukan transformasi ke ekosistem digital. Meski transformasi digital selama pandemi terakselerasi, jumlah pengusaha kecil yang masuk ke ekosistem digital belum mencapai separuh dari total UMKM,
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, baru terdapat 20,76 juta UMKM yang telah masuk ke ekosistem digital pada tahun lalu. Presiden Joko Widodo menargetkan jumlahnya dapat meningkat menjadi 30 juta UMKM pada tahun depan.
Tak hanya pengalaman Darsih, sejumlah survei telah membuktikan bahwa digitalisasi berhasil menyelamatkan bisnis UMKM saat pandemi. Sebagian di antaranya bahkan mampu tumbuh lebih kencang.
Survei yang dilakukan BI pada 2021 menunjukkan hanya 12,5% UMKM dari total 2.970 UMKM yang disurvei tidak terdampak oleh pandemi. Lebih dari seperempat UMKM yang tidak terdampak pandemi berhasil mengalami peningkatan. Strategi yang dilakukan adalah berjualan secara daring. menambah produk, efisiensi biaya, fokus ke usaha sampingan, dan strategi lainnya.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM juga menunjukkan bahwa sebagian besar UMKM yang mampu bertahan di masa pandemi ini adalah UMKM yang telah terhubung dengan platform online. Hasil survei yang dilakukan CORE bahkan menunjukkan 70% UMKM yang tergabung dalam ekosistem digital mengalami kenaikan pendapatan rata-rata 30%.
Digitalisasi menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mendorong UMKM naik kelas. Digitalisasi tak hanya mempermudah pemasaran, tetapi juga melakukan sinergi dengan berbagai produk jasa keuangan, termasuk mendapatkan pembiayaan.
Bersama dengan mendorong UMKM untuk masuk ekosistem digital, Jokowi juga ingin perbankan meningkatkan pembiayaan bagi UMKM hingga 30% dari total kredit. Pembiayaan diharapkan mendorong UMKM lebih ekspansif dan mampu naik kelas.
Meski demikian, pemetaan yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk menunjukkan digitalisasi UMKM belum merata di Indonesia. Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, baru 100 kecamatan di Indonesia yang memiliki tingkat kepemilikan smartphone yang tinggi dan dimanfaatkan untuk berbisnis digital.
“Ada lebih dari 2.000 kecamatan yang kepadatan smartphone rendah dan aktivitas bisnis menggunakan platform digital rendah,” ujar Sunarso dalam Microbanking Outlook 2023, Kamis (26/1).
Sunarso menjelaskan, BRI saat ini memiliki big data yang memetakan UMKM, mulai dari jumlah pelaku usaha, potensi pasar, hingga perilaku masyarakat setiap wilayah. Data ini digunakan BRI untuk mendorong sumber pertumbuhan baru, yakni membiayai lebih banyak pelaku usaha mikro.
“Maka kami bentuk holding ultra mikro. Dampaknya sangat positif untuk akses produk dan layanan keuangan kepada masyarakat di bawah,” ujar Sunarso.
Melalui holding ultra mikro, BRI bersama Pegadaian dan PNM telah membangun co-location yang merupakan kantor bersama untuk saling memasarkan produk ke nasabah masing-masing perusahaan. Saat ini, sudah terdapat 1.000 co-location di seluruh Indonesia.
“Kami bangun culture mereka, tugas mereka bukan hanya bisnis tetapi yang paling penting empowering people, memberdayakan masyarakat. Kami bentuk pasukan Brigade Madani, mereka datang ke masyarakat untuk mengajari bagaimana transaksi digital,” kata dia.
Berkat sinergi tersebut, menurut Sunarso, BRI telah menambah 6,9 juta rekening baru Simpedes. Selain itu, menurut dia, sebanyak 47 ribu nasabah Mekaar yang merupakan program PMN kini juga telah menjadi agen BRIlink. "Agen BRilink ini seperti cabang BRI, dari setiap transaksi mereka dapat komisi. Bisa dibayangkan komisi dari total transaksi melalui Brilink itu Rp 1.400 triliun," kata dia.
Digitalisasi produk perbankan akan memberikan manfaat bagi pelaku UMKM karena mendorong layanan yang lebih cepat dan efisiensi operasional. Namun tak hanya mendorong digitalisasi dari sisi produk perbankan, BRI juga mengedukasi UMKM untuk masuk lebih dalam ke ekosistem digital melalui sejumlah prorgam.
Salah satunya melalui rumah BUMN yang bekerja sama dengan perusahaan pelat merah lainnya. Rumah BUMN merupakan kolaborasi BUMN dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas UMKM. Banyak pelatihan yang dapat diperoleh UMKM melalui rumah BUMN, antara lain pemasaran secara digital hingga melakukan ekspor. BRI juga mengembangkan platform pasar.id yang memungkinkan penjual pasar untuk berdagang melalui platform tersebut.
Naik kelasnya UMKM berperan besar bagi perekonomian Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani menekankan, UMKM memberikan kontribusi paling besar ke ekonomi dan serapan lapangan kerja. UMKM menyumbang lebih dari 97% lapangan kerja dan lebih dari 60% produk domestik bruto Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap, UMKM yang naik kelas dapat mendorong lebih banyak terciptanya lapangan kerja. Apalagi, UMKM saat ini menyumbang lebih dari 97% lapangan kerja di dalam negeri.
“Pemerintah mendorong akselerasi adopsi teknologi digital oleh UMKM agar tetap produktif dan beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen. Dukungan tersebut melalui program kakak Asuh, UMKM e-catalog, dan program Bangga Buatan Indonesia,” ujar Menko Airlangga.