Teori Pareto Optimum Dalam Pasar Persaingan Sempurna

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/YU
Penulis: Dicky Christanto W.D - Tim Publikasi Katadata
9/3/2023, 10.56 WIB

Pernahkah Anda berada di sebuah situasi harus menahan keinginan Anda untuk mendapatkan porsi kue tambahan, karena Anda harus membagi kue tersebut dengan adik Anda? Dalam teori ekonomi, kondisi seperti ini disebut dengan pareto optimum.

Pengertian Pareto Optimum

Pareto optimum atau yang juga disebut dengan pareto efficiency adalah kondisi ekonomi ketika sebuah pihak mendapatkan keuntungan, maka pihak lain akan mendapatkan kerugian dalam transaksi yang sama. Apabila peningkatan keuntungan suatu pihak tidak membuat pihak lain merugi, maka ini disebut dengan pareto improvement.

Asumsi dalam konsep ini adalah sumber daya yang dimiliki oleh pelaku ekonomi (individu, perusahaan atau negara) bersifat terbatas, sehingga seluruh sumber daya dalam ekonomi sebuah negara atau industri harus dialokasikan dengan seefisien mungkin supaya semua orang senang.

Akibatnya pada suatu titik, satu pihak harus mengorbankan kepuasan pihak lain untuk meningkatkan tingkat kepuasan dirinya sendiri. Dalam contoh pembagian kue di atas misalnya, kue dibagi menjadi dua, untuk Anda dan adik. Anda tidak akan mendapatkan tambahan kue dengan tanpa mengorbankan jatah kue yang seharusnya dimakan oleh adik Anda.

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom asal Italia bernama Vilfredo Pareto (1848-1923). Teori ini merupakan dasar dari ekonomi kesejahteraan (welfare economics), meskipun tidak mengungkit mengenai ketimpangan dan kesetaraan.

Penerapan Pareto Optimum dalam Kehidupan Sehari-hari

Meskipun konsep ini tidak terlalu banyak diterapkan dalam hal kebijakan ekonomi makro yang banyak melibatkan keputusan bersifat sosial, namun keputusan ini banyak diterapkan dalam ekonomi mikro dalam pembuatan keputusan bisnis maupun pribadi. Contohnya:

1. Keputusan membeli dua barang yang berbeda

Misalnya, sisa gaji Anda adalah Rp200.000. Pada saat yang bersamaan, Anda ingin membeli sepatu dengan harga Rp200.000 atau membeli tas dengan harga yang sama. Pada konsep pareto, kesenangan Anda karena bisa membeli sepatu akan dibarengi dengan kesedihan Anda karena tidak bisa membeli tas.

Adapun pareto improvement terjadi apabila uang Anda yang tersisa adalah Rp500.000, sehingga dipakai untuk membeli sepatu atau tas masing-masing seharga Rp200.000 juga masih sisa.

2. Menambah tenaga kerja atau mesin?

Dalam dunia ekonomi, sumber daya manusia (labour) dan sumber daya modal (capital) adalah dua hal yang sering kali harus dipilih jika perusahaan hanya memiliki anggaran ekspansi yang pas-pasan.

Dalam artian, pada satu titik tertentu, sebuah perusahaan dipaksa harus memilih akan menambah jumlah mesin atau menambah jumlah tenaga kerja. Pada titik tersebut, penambahan jumlah mesin akan mengurangi penyerapan tenaga kerja, begitu pun sebaliknya.

Pareto Optimum dan Pasar Persaingan Sempurna

Berdasarkan penjelasan di situs ekonomi dan investasi Investbro, pasar persaingan sempurna (perfect competition) adalah jenis pasar dimana jumlah penjual atau produsen sama banyaknya dengan jumlah pembeli. Para ahli ekonomi klasik menganggap bahwa pasar persaingan sempurna adalah kondisi perekonomian yang paling efisien.

Dalam kondisi ini terdapat beberapa asumsi, yaitu satu penjual dan pembeli menguasai informasi yang sama (perfect information). Misalnya, penjual dan pembeli tahu nominal biaya produksi yang digunakan untuk membuat barang tersebut. Kedua, sumber daya alam dan manusia dimanfaatkan semaksimal mungkin. Ketiga, setiap manusia berusaha untuk memaksimalkan tingkat kepuasannya.

Secara teoritis, jika perekonomian di sebuah negara sesuai dengan pasar persaingan sempurna, dan sumber daya alam dan manusia negara tersebut dimanfaatkan semaksimal mungkin, maka masyarakat di negara tersebut akan mencapai taraf hidup tertinggi mereka alias ekonomi negara tersebut mencapai pareto efficiency.

Pareto Optimum dan Pasar Persaingan Tidak Sempurna

Pada kenyataannya, pasar persaingan tidak sempurna, seperti pasar monopoli, oligopoli atau monopolistik jauh lebih sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari daripada pasar persaingan sempurna.

Pada pasar persaingan tidak sempurna, umumnya suatu pihak akan menguasai informasi lebih banyak dibandingkan dengan pihak lainnya. Akibatnya, ekonomi sebuah negara tidak dialokasikan secara efisien dan pareto optimum tidak tercapai.

Selain itu, ketidakefisienan ekonomi sebuah negara juga bisa terjadi akibat adanya mismanagement dalam produksi dan konsumsi barang-barang publik. Barang-barang publik adalah barang atau jasa yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat baik secara gratis maupun disubsidi oleh pemerintah.

Contohnya adalah fenomena penumpang ilegal di atas kereta api yang selama beberapa dekade menghantui penyediaan transportasi publik tersebut. Berbeda dengan penumpang yang masuk ke dalam gerbong, tidak jarang para penumpang kereta api di atas gerbong tidak membayar dan bahkan naik ke atas kereta ketika kereta sedang berhenti atau berjalan.

Tindakan orang menggunakan barang publik dengan tanpa membayar padahal seharusnya membayar ini disebut dengan istilah free rider. Bahkan di perekonomian modern saat ini, masih ada banyak free rider yang menyelinap menggunakan barang publik dengan tidak seharusnya.

Pareto Optimum dan Production Possibility Frontier

Production Possibility Frontier (PPF) adalah teori ekonomi yang menjelaskan mengenai kemampuan pelaku ekonomi untuk memilih memproduksi sebuah barang dan jasa dengan mengorbankan produksi barang dan jasa yang lain. Untuk lebih memahaminya, mari kita lihat grafik berikut:

pareto (Katadata (Wallstreet Mojo))

 

 Gambar 1: Production Possibility Frontier (PPF)

Pada gambar di atas diasumsikan bahwa sebuah negara hanya bisa memanfaatkan SDM dan SDA yang mereka miliki untuk memproduksi gula dan kopi. Semakin tinggi jumlah kopi yang diproduksi negara tersebut, maka kurva akan semakin miring ke atas. Sebaliknya, jika negara tersebut menggenjot produksi gula, maka kurva tersebut akan semakin datar.

Ini artinya, apabila produksi kopi berada di samping kiri titik B, maka negara tersebut hanya membuat kopi dan tidak membuat gula. Sebaliknya, kalau produksi gula terletak di sebelah kanan titik C, maka artinya negara tersebut hanya membuat gula dengan tanpa membuat kopi.

Adapun keterangan pada titik-titik lainnya adalah sebagai berikut:

  • Titik A : Negara tersebut masih belum memanfaatkan sumber dayanya secara maksimal. Pada titik ini terjadilah yang namanya pareto improvement.
  • Titik B : Negara tersebut sudah memanfaatkan sumber daya produksinya secara maksimal, akan tetapi mereka lebih memilih untuk memaksimalkan produksi kopi dibandingkan produksi gula.
  • Titik C : Negara tersebut sudah memanfaatkan sumber daya produksinya secara maksimal, akan tetapi mereka lebih memilih untuk memaksimalkan produksi gula dibandingkan produksi kopi.
  • Titik D : Negara tersebut sudah memanfaatkan sumber daya produksinya secara maksimal dan produksi gula dan kopi dilakukan secara seimbang. Pada titik ini terjadilah pareto efficiency. Hal ini karena penambahan produksi gula akan mengurangi penambahan produksi kopi, begitu pun sebaliknya.
  • Titik x : Titik x menggambarkan kombinasi produksi gula dan kopi yang tidak bisa terjadi karena sumber daya produksi tidak mencukupi. Kurva PPF dapat bergeser ke titik C apabila ada penambahan modal atau perubahan teknologi untuk memproduksi dua komoditas tersebut.

Konsep mengenai pareto optimum dan pasar persaingan sempurna bisa jadi jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun pemahaman kedua konsep ini penting untuk memahami teori-teori ekonomi selanjutnya.