Emiten perbankan syariah, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 11,8 triliun sampai dengan periode kuartal pertama 2023. Penyaluran tersebut naik 11,1% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 10,6 triliun.
BTPN Syariah tercatat mengantongi pendapatan dari penyaluran dana sebesar Rp 1,38 triliun, naik dari periode sama di tahun sebelumnya Rp 1,25 triliun.
Setelah dikurangi bagi hasil untuk pemilik dana investasi senilai Rp 110,19 miliar, maka BTPS meraup pendapatan setelah distribusi bagi hasil senilai Rp 1,27 triliun, tak jauh berbeda dari tahun sebelumnya Rp 1,17 triliun.
Sementara itu, beban operasional BTPN Syariah selama tiga bulan pertama meningkat sebesar 12,61% menjadi Rp 730,31 miliar dari tahun sebelumnya Rp 648,93 miliar.
Emiten bersandi BTPS ini meraup laba bersih setelah pajak atau NPAT senilai Rp 425 miliar, naik 3,40% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 411 miliar.
Sedangkan, total asetnya secara konsolidasi tercatat naik tipis dari sebelumnya Rp 21,61 triliun menjadi Rp 22,11 triliun pada akhir Maret 2023.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, kenaikan laba tersebut turut meningkatkan nilai laba bersih per saham dasar menjadi Rp 55 per saham dari tahun sebelumnya Rp 53 per saham.
BTPS tercatat mengalami kenaikan dari sisi rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) gross dari sebelunya 2,41% menjadi 3%. Sedangkan, NPF net juga naik menjadi 0,50% dari tahun sebelumnya di level 0,14%.
"Bank juga tercatat memiliki rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) di level 51,7% dengan DPK senilai Rp 12,8 triliun," kata Direktur BTPN Syariah, Fachmy Achmad, dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (29/4).
Sedangkan, rasio financing to deposit ratio atau FDR Bank BTPN Syariah berada di level 92,67%, sedikit lebih longgar dari tahun sebelumnya 96,24%.