Citibank Indonesia membukukan laba bersih Rp 569 miliar pada kuartal pertama 2023 naik 52% dibandingkan dengan periode kuartal pertama 2022. Peningkatan laba tersebut didorong meningkatnya pendapatan bunga bersih di lini bisnis institutional banking.
Adapun, total aset Citi Indonesia meningkat sebesar 14,4% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 101,7 triliun. Peningkatan aset disebabkan kenaikan dana pihak ketiga yang tumbuh 14%.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan, Citi Indonesia masih menunjukkan kinerja keuangan yang kuat pada kuartal pertama tahun ini. Hal ini tercermin dari pertumbuhan dari sisi laba bersih dan aset seiring peningkatan momentum bisnis.
"Kami mengambil langkah proaktif untuk mengurangi dampak inflasi pada bisnis kami dan untuk memastikan pertumbuhan dan stabilitas bank kami." katanya dalam paparan kinerja keuangan kuartal I di Jakarta, Senin (15/5).
Lalu, rasio kecukupan likuiditas (LCR) dan rasio pendanaan stabil bersih (NSFR) Citi Indonesia berada di level 342% dan 153%, di atas ketentuan minimum. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) tercatat sebesar 30%. Sedangkan, rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) gross turun dari 3% menjadi 2,8% di kuartal pertama 2023.
"Kami terus memastikan kecukupan pencadangan kerugian penurunan nilai kredit yang memadai melalui rasio net NPL yang turun dari 0,26% menjadi 0,07% dibandingkan periode yang sama tahun lalu," katanya.
Dia juga mengatakan kualitas portofolio kredit perusahaan tetap dalam kondisi baik melalui penerapan asas kehati-hatian dalam manajemen risiko, terutama dalam menghadapi perekonomian yang menantang saat ini.
Pada lini Institutional Clients Group, Citi terus menyediakan layanan dan solusi end-to-end kepada para klien perusahaan lokal, multinasional, lembaga keuangan, dan sektor publik. Pada kuartal pertama tahun ini, jumlah kredit Institutional group meningkat 2,5% yoy.
Selain itu, Citi Commercial Bank membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 21% sepanjang kuartal pertama 2023. Pertumbuhan tersebut terutama berasal dari klien-klien multinasional dan solusi manajemen kas.
Bisnis Treasury and Trade Solutions (TTS) membukukan pertumbuhan dari sisi volume pembayaran yang naik 24% untuk mata uang lokal dan asing, dengan total simpanan dana pihak ketiga meningkat 25% dan 15% di current account.
Meningkatnya jumlah pemasok dan transaksi dari klien besar yang didukung oleh platform digital untuk memudahkan proses transaksi antara pemasok dan pembeli juga mendorong pertumbuhan aset pembiayaan rantai pasok (Supply Chain Financing) sebesar 20% dengan omset tahunan mencapai lebih dari USD 1 miliar.
Untuk lini bisnis Retail Banking, Citi Indonesia juga berhasil mempertahankan pertumbuhan transaksi perbankan digital. Transaksi digital untuk produk investasi tumbuh 3% pada kuartal pertama 2023.
Di periode sama, penggunaan digital untuk produk pinjaman meningkat 2% dengan pertumbuhan penjualan mencapai 8%. Hal ini menjadikan kanal digital sebagai salah satu penunjang pertumbuhan bisnis, dan menguatkan misi kami untuk meningkatkan inklusi digital.