Bisnis Batu Paras Taro di Bali Berkembang Berkat Pemberdayaan BRI

BRI
Penulis: Dini Hariyanti - Tim Publikasi Katadata
2/12/2023, 15.32 WIB

Deru mesin grinder dan alat-alat saling bertumbuk tak asing lagi di telinga masyarakat Banjar Belong, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar Bali. Mayoritas penduduk di desa ini berprofesi sebagai perajin batu paras taro.

Para perajin di sana bergabung dalam sebuah kelompok usaha yang dikenal dengan nama Klaster Usaha Paras Taro. Dan Banjar Belong sendiri memang dikenal sebagai salah satu daerah yang menyimpan potensi besar dalam hal kerajinan paras taro.

Di klaster usaha tersebut, I Wayan Parnata bertahun-tahun aktif sebagai ketua yang membantu berbagai kebutuhan, demi kemajuan usaha yang banyak dijalankan warga setempat. Dukungan pun hadir dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan membantu kemajuan usaha para anggota dalam memperluas bisnisnya.

Dukungan dari BRI berupa akses layanan keuangan, serta pembinaan, hingga bantuan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan para perajin di klaster usaha.

Di atas lahan milik pribadi, keseharian Wayan bergelut dengan mesin grinder dan berbagai peralatan untuk menyelesaikan pesanan pelinggih atau produk kerajinan lainnya dari pelanggan.

“Awal mulanya kami membuat kerajinan pelinggih di Bali itu sekitar tahun 2000-an. Lalu kerajinan ini mulai menjamur di tahun 2010,” ujarnya dikutip dari siaran pers, Sabtu (2/12).

Ia bercerita bahwa saat awal menjalankan usaha, kesulitan yang dihadapi adalah dalam pemilihan material. “Kami mengalami kesulitan karena harus mencocokkan material yang bisa dipakai. Jadi sering mencoba-coba kalau bahannya ini hasilnya seperti apa,” ujarnya.

Kemudian, sekitar pada 2010 akhirnya menemukan material yang cocok, yaitu tanah liat hitam yang kualitasnya ternyata lebih baik. Akhirnya Wayan memakai bahan itu sampai sekarang.

Klaster Usaha Paras Taro menghasilkan berbagai produk kerajinan yang kebanyakan memang berhubungan dengan tempat peribadatan masyarakat Hindu. Beberapa produk mereka seperti candi, angkul-angkul, tembok, hingga pelinggih.

Nilai tambah dari klaster usaha tersebut adalah produk yang dihasilkan bisa menggunakan berbagai motif sesuai dengan permintaan pembeli. Untuk pemasarannya sendiri, ternyata tidak hanya sebatas di wilayah Bali saja.

“Pemasaran kalau saya sendiri sudah sampai Jakarta, Bogor, hingga Lombok. Kalau teman-teman ada yang sampai Lampung dan kota di Sumatera lainnya,” ucap Wayan.

Wayan menambahkan bahwa klaster usahanya dikenal dari mulut ke mulut. Selain itu, banyak juga anggota yang melakukan promosi di media sosial dan memiliki toko daring sehingga bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

Klaster Usaha Paras Taro adalah satu dari sekian banyak kelompok usaha UMKM yang mendapatkan pendampingan dari BRI. Berawal dari kebutuhan modal, Wayan dan klaster usaha tersebut mendapatkan pendampingan usaha.

“Pendampingan BRI dimulai sekitar pada 2018. Awalnya itu saya kan terkendala modal usaha untuk memperluas bisnis saya, lalu ada Mantri BRI yang mengajukan usaha saya ke Program Klaster Usaha,” kata Wayan.

Bantuan yang diberikan BRI berupa pembinaan serta bantuan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan para perajin di klaster usaha disana. Wayan pun mengakui jika sekarang klaster usahanya sudah jauh lebih berkembang.

Dahulu, saat awal berdiri hanya 10 orang kemudian kini anggota sudah jauh lebih banyak. Bahkan, sekitar 50 persen warga Banjar Belong menjalankan usaha ini.

Wayan menjelaskan lebih jauh, bantuan BRI sangat membantu perekonomian warga di Desa Banjar Belong. Mungkin sejak 2010 sudah ada peningkatan penghasilan sekitar 75 persen.

Dia mengimbuhkan, perajin biasanya penghasilannya memang tidak tetap tetapi bisa rutin dapat setiap bulan. Perajin sendiri memang biasanya bekerja secara musiman.

“Kalau di Bali ada yang momen yang namanya Purnama Kadasa dan Purnama Kapat, biasanya mulai banyak pesanan pelinggih jadi kita bisa mendapatkan penghasilan lebih,” ucap Wayan.

Menjalankan peran sebagai ketua klaster sejak awal berdiri, Wayan pun memiliki harapan agar usahanya bisa semakin berkembang.

“Harapannya adalah klaster usaha ini semakin maju dan juga semoga bisa mendapatkan permodalan dengan agunan rendah dari BRI, jadi bisa membantu memperluas usaha,” tutur dia.

BRI melalui program Klaster Usaha ‘Klasterku Hidupku’ berkomitmen untuk selalu memberikan pendampingan maupun pemberdayaan.

Di dalam kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa bantuan yang diberikan perseroan tak hanya berupa modal usaha saja. Ada pula pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan.

“Kisah Para Perajin Batu Paras Taro diharapkan bisa jadi kisah inspiratif yang bisa direplika oleh pelaku usaha lainnya,” ucap Supari.

Program Klaster Usaha 'Klasterku Hidupku' menjadi wadah bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya. Melalui berbagai kegiatan pendampingan itu, pelaku UMKM bisa mendapatkan kesempatan mengembangkan produknya.