PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), perusahaan emas terintegrasi, menyarankan agar investor mengalokasikan minimal 10% dari investasinya ke emas. Investasi ke emas bukan hanya untuk tujuan jangka panjang tetapi juga untuk mengantisipasi ketidakpastian global.
Direktur Utama HRTA Sandra Sunanto mengatakan emas merupakan penjaga kestabilan keuangan pribadi. "Minimal pada portofolio investasi kita, ada 10% yang berupa emas. Memiliki emas itu bukan sekadar investasi jangka panjang, tetapi juga untuk berjaga-jaga seandainya terjadi sesuatu di dunia, seperti perang atau pandemi," ujar Sandra dalam talk show "Investasi Emas & Gold Show yang diselenggarakan pada BSI International Expo 2024, di Jakarta, Rabu (26/6).
Menurut Sandra, Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara di dunia yang memiliki budaya yang terkait dengan emas. Dua negara lainnya adalah India dan Cina.
Menurut catatan HRTA, sebelum pandemi, konsumen lebih suka membeli perhiasan emas untuk investasi. Pasca-pandemi, masyarakat termasuk generasi muda lebih senang menyimpan emas batangan.
Hartadinata juga terus melakukan edukasi pelanggan melalui kanal media sosial perusahaan. Menurut Sandra, perusahaan juga mengkampanyekan investasi emas yang aman di berbagai kesempatan melalui talk show yang mengundang para ahli, serta edukasi ke kampus-kampus untuk menjangkau generasi muda.
"Perjalanan kami mengedukasi masyarakat, terutama Gen Z, memang tidak mudah. Kami punya impian besar ke depannya bahwa masyarakat Indonesia konsumsi emas per kapita harus meningkat, menyamai India dan Cina yang sangat besar," ujarnya.
Dalam BSI International Expo 2024, Hartadinata juga memperkenalkan koleksi perhiasan Ardore dan EMASKU. Sandra menyebut masyarakat dapat memiliki produk emas murni HRTA melalui program cicil emas yang merupakan kerja sama Hartadinata dan BSI.