Harga Emas Capai Rekor Tertinggi, Sentimen Suku Bunga The Fed Picu Penguatan

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/Spt.
Pegawai menunjukkan emas Antam yang dijual di Butik Emas Logam Mulia PT. Aneka Tambang (Antam), Jakarta, Kamis (22/8/2024).
Penulis: Rahayu Subekti
16/9/2024, 16.05 WIB

Harga emas mencapai rekor tertinggi pada hari ini, Senin (16/9) hingga berada pada kisaran US$ 2.580 per ons troi. Analis komoditas dan mata uang Lukman Leong mengatakan kenaikan harga emas saat ini di atas perkiraan.

“Sebenarnya kenaikan harga emas tahun ini sangat jauh di atas ekspektasi, target awal hanya US$ 2.300 per ons troi, kemudian naik menjadi US$ 2.500, dan terakhir berpotensi akan mencapai US$ 2700 hingga US$ 2.800,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (16/8).

Lukman mengakui dalam jangka pendek harga emas terlihat mahal. Dia memproyeksikan harga emas masih akan naik untuk jangka panjang.

Lukman mengatakan kenaikan harga emas belakangan ini didukung oleh meningkatnya keyakinan atas prospek pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis point oleh Federal Reserve System atau The Fed pada pekan ini. Dia menyebut tingkat suku bunga yang lebih rendah akan mendukung harga emas.

“Tentu saja kenaikan selama ini juga masih terus didukung oleh kekhawatiran geopolitik, perang, dan ketidakpastian ekonomi global yang memicu permintaan bukan hanya dari bank sentral, namun juga institusi dan perorangan,” ujar Lukman.

Rekor Harga Emas

Berdasarkan data Reuters hari ini, harga emas spot naik 0,5% menjadi US$ 2.588,29 per troy ons. Hal itu setelah mencapai rekor tertinggi pada US$ 2.589,23 per troy ons.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi juga mengungkapkan saat ini ada indikasi harga emas dunia dalam dua hari ke depan akan mendekati level US$ 2.600. “Ini adalah level yang cukup fantastis saat ini,” kata Ibrahim.

Ibrahim menyebut sejumlah faktor global saat ini memang sangat mempengaruhi harga emas. Pemangkasan suku bunga The Fed, geopolitik, hingga kondisi ekonomi di Cina membuat Ibrahim memproyeksikan harga emas pada September 2024 akan mencapai US$ 2.700 per troy ons.

Ibrahim bahkan berekspektasi The Fed tidak lagi menurunkan suku bunga 25 basis point (bps) namun kemungkinan besar 50 basis point.

“Kalau seandainya diturunkan menjadi 50 bps berarti tinggal 60 bps lagi. Ini yang sedang ditunggu oleh pasar sehingga spekulasi ini membuat indeks dolar mengalami pelemahan dan harga emas dunia mengalami penguatan,” kata Ibrahim.

Indikasi penurunan suku bunga hingga 50 bps menurut Ibrahim seiring dengan pembahasan mengenai negara-negara yang meninggalkan dolar AS kemungkinan besar akan mendapatkan denda 100%. Hal itu menurutnya membuat banyak investor kembali  mengoleksi emas sebagai safe haven.

Ibrahim menambahkan, pemilihan presiden di AS juga memanas. “Kondisi ini juga dimanfaatkan oleh para spekulator untuk melakukan kembali pembelian terhadap emas dunia,” ujar Ibrahim.




Reporter: Rahayu Subekti