Harga Emas Berpotensi Mencapai Rp 48,7 Juta per Ounce pada 2025

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/nym.
Pramuniaga menunjukkan emas batangan Aneka Tambang (Antam) di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Rabu (3/1/2024).
Penulis: Hari Widowati
30/12/2024, 09.54 WIB

Harga emas berpotensi untuk naik lebih tinggi pada 2025 karena sebagian besar analis memperkirakan harga logam mulia ini dapat naik menjadi antara US$ 2.900 dan US$ 3.000 (Rp 47,08 juta-48,7 juta) per ounce. Langkah bank-bank sentral di seluruh dunia yang meningkatkan pembelian emas sebagai investasi yang dapat diandalkan menjadi salah satu katalis bagi pergerakan harga emas.

Selain pembelian oleh bank-bank sentral, para analis, bankir, dan ekonom mengaitkan perkiraan kenaikan harga emas dengan ketegangan geopolitik, ekspektasi penurunan suku bunga global, dan ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung. Mereka juga menyatakan emas berfungsi sebagai lindung nilai yang efektif terhadap kenaikan tekanan inflasi.

Shan Saeed, Kepala Ekonom Global Juwai IQI, mengatakan ia memperkirakan harga logam mulia ini akan berada pada kisaran antara US$ 3.000 (Rp 48,7 juta) dan US$ 5.000 (Rp 81,17 juta) per ounce pada tahun depan. Satu ounce setara 28,35 gram. 

“Saya optimis pada pasar emas untuk lima sampai sepuluh tahun ke depan, karena emas adalah satu-satunya kelas aset yang tidak memiliki risiko counterparty. Permintaan emas tetap lebih kuat daripada sebelumnya, karena variabel-variabel makroekonomi mendukung logam mulia ini,” kata Shan Saeed seperti dikutip The Star Malaysia, Senin (30/12).

Mengutip laporan terbaru dari World Gold Council, Shan memperkirakan harga emas diperkirakan akan naik rata-rata 5% per tahun hingga 2040. Selama stagflasi pada periode 1970-an, harga emas naik pada tingkat tahunan rata-rata lebih dari 30% selama satu dekade.

“Apakah sejarah terulang kembali setelah 55 tahun? Itu adalah pertumbuhan yang fenomenal dalam ukuran apa pun, tetapi apakah itu bisa terjadi lagi masih harus dilihat,” kata Shan.

Emas mencapai rekor tertinggi pada 2024, dengan harga mencapai puncaknya di US$ 2.790 (Rp 45,29 juta) per ounce pada bulan Oktober lalu. Rekor harga emas ini mencerminkan kenaikan 35% dari tahun ke tahun. Sejak saat itu, harga emas turun menjadi sekitar US$ 2.650 (Rp 43 juta) per ounce saat ini.

Aksi Beli Emas oleh Bank Sentral Dunia

Shan menyatakan bank-bank sentral sedang melakukan aksi beli logam mulia. Dalam tiga kuartal pertama tahun 2024, bank sentral India dan Turki termasuk di antara pembeli emas paling aktif, masing-masing membeli 77 ton dan 72 ton. Pembelian emas oleh bank sentral Polandia mencapai 69 ton selama periode tersebut, sementara Cina membeli 30 ton logam mulia.

Tahun-tahun pertumbuhan terbesar emas sebelum 2024 terjadi pada 2010, 2020, dan 2019, masing-masing sebesar 29,71%, 25,14%, dan 18,3%, menurut World Gold Council. Kerugian terbesar emas terjadi pada 2013, 2015, dan 2021, dengan penurunan masing-masing sebesar 28,04%, 10,52%, dan 4,39%.

Shan mencatat bahwa seperti aset lainnya, emas bisa naik dan turun nilainya. Hal ini tidak unik di antara kelas aset apa pun. Meski begitu, emas tetap menjadi aset asuransi kekayaan utama bagi investor global.

Sementara itu, UBS mempertahankan sikap bullish pada emas, menargetkan US$ 2.900 (Rp 47,08 juta) per ounce pada akhir 2025. Deutsche Bank memperkirakan permintaan fisik yang kuat akan menopang harga emas di sekitar US$ 2.800 (Rp 45,46 juta) per ounce.

Demikian pula, JP Morgan memperkirakan harga rata-rata US$ 2.950 (Rp 47,89 juta) per ounce, dengan menekankan kegunaan emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan gangguan ekonomi makro. OCBC Bank mempertahankan target harga emas dalam 12 bulan ke depan tidak berubah pada US$ 2.900 (Rp 47,08 juta) per ounce.