Kinerja dana pengelolaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mengalami defisit. Pelaksana Tugas Direktur Utama LPDP Sudarto mengatakan mengatakan kondisi tersebut disebabkan karena pendapatan dan belanja semakin tinggi mulai 2023 dan 2024.
“Pada 2024 belanja lebih tinggi sehingga mungkin tahun ini khusus dana abadi pendidikan kita akan mengalami defisit,” kata Sudarto di Bogor, Kamis (9/10) malam.
Namun, Sudarto memastikan defisit ini bisa ditutup dengan surplus pendapatan dan belanja pada 2020 hingga 2021. Pada 2020, realisasi pendapatan LPDP mencapai Rp 3,92 triliun dan belanjanya hanya Rp 2,02 triliun sehingga terdapat surplus Rp 1,9 triliun.
Lalu pada 2021 realisasi pendapatannya Rp 4,51 triliun dan belanjanya hanya Rp 3,07 triliun sehingga terdapat surplus Rp 1,44 triliun. Lalu pada 2022 pendapatannya Rp 6,38 triliun dengan belanja Rp 4,93 triliun sehingga ada surplus Rp 1,45 triliun.
Defisit mulai terjadi pada 2023 dengan realisasi pendapatan LPDP Rp 9,33 triliun namun belanjanya tembus Rp 9,84 triliun. Pada periode ini terjadi defisit Rp 512 miliar.
Begitu juga pada 2024, realisasi pendapatan LPDP hanya Rp 10,94 triliun namun belanja tembus Rp 11,85 triliun. Dengan begitu terjadi defisit Rp 910 miliar.
Penerima Beasiswa Berkurang
Dengan adanya defisit ini, LPDP mengungkapkan kondisi tersebut berdampak pada berkurangnya penerima beasiswa, khususnya pada tahun ini hingga beberapa periode ke depan.
“Sehingga tahun ini karena yang masih on going banyak, kita menerima yang baru itu jumlahnya mungkin lebih sedikit dari tahun sebelumnya,” kata Sudarto.
Namun, ia memproyeksikan pengurangan penerima beasiswa ini bisa pulih pada 2027. Jumlah pendaftar yang dinyatakan lulus seleksi turun dari 9.358 orang pada 2023 menjadi 8.592 orang pada 2024.
Selanjutnya, pada 2025, target atau kuota penerima beasiswa sebanyak empat ribu orang. Hal ini dengan realisasi yang lulus tahap pertama 2025 baru mencapai 1.665 orang.