Di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mampu mengantongi laba bersih senilai US$ 32,46 juta atau setara Rp 470,78 miliar (kurs: Rp 14.500) pada semester I-2021. Raihan tersebut melonjak hingga 619% dibanding semester I-2020 dengan laba US$ 4,51 juta atau Rp 65,42 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan manajemen melalui keterbukaan informasi, pendapatan neto Krakatau Steel tercatat mencapai US$ 1,05 miliar, atau tumbuh 90,89% dibanding periode sama tahun lalu senilai US$ 552,82 juta.
Mayoritas pendapatan berasal dari penjualan produk baja di dalam negeri yang senilai US$ 796,31 juta atau naik 83,04% dari US$ 435,05 juta. Kenaikan paling signifikan adalah penjualan produk baja di luar negeri (ekspor) yang senilai US$ 129,66 juta atau naik hingga 1.758% dari US$ 6,97 juta.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, volume penjualan produk utama Krakatau Steel pada semester I-2021 meningkat sebesar 43,8% dibandingkan periode yang sama pada 2020. Peningkatan volume penjualan Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) menjadi sebesar 995.000 ton dibandingkan 692.000 ton pada 2020.
Selain itu, penjualan ekspor Krakatau Steel pun meningkat 15 kali lipat menjadi sebesar 162.243 ton di 2021 dibandingkan periode yang sama di tahun 2020 yaitu sebesar 10.817 ton.
“Dengan memproduksi produk HRC dan CRC sebanyak 1.008.000 ton di Semester 1 Tahun 2021 dan diikuti dengan semakin turunnya biaya produksi per tonnya, maka produktivitas Krakatau Steel pun meningkat 61%,” kata Silmy dalam siaran pers.
Meski beberapa pos beban yang menggerus profitabilitas mengalami kenaikan, seperti beban pokok pendapatan, beban penjualan, beban umum dan administrasi, maupun beban operasi lainnya, laba operasi semester I-2021 perusahaan tercatat senilai US$ 70,27 juta atau tidak banyak berubah dari periode sama tahun lalu.
Meski begitu, rugi perubahan nilai wajar derivatif yang menggerus laba operasi pada semester I-2021 hanya US$ 5,47 juta atau mengalami penurunan 83,55% dari US$ 33,28 juta. Selain itu, Krakatau Steel membukukan laba dari entitas asosiasi dan ventura bersama senilai Rp 26,9 juta, dibanding periode sama tahun lalu yang rugi US$ 41,15 juta.
Alhasil, laba sebelum pajak final dan beban pajak penghasilan tercatat senilai US$ 44,8 juta pada enam bulan pertama tahun ini. Hal tersebut mengalami kenaikan signifikan 79,45% dari periode sama tahun lalu US$ 24,97 juta.
“Perbaikan kinerja Krakatau Steel disebabkan adanya peningkatan produktivitas, volume penjualan domestik dan ekspor serta program efisiensi yang terus dilakukan sejak tahun 2020. Dengan perolehan laba di semester I 2021 ini, kami optimis Krakatau Steel dapat melanjutkan tren positifnya hingga akhir tahun,” ujar Silmy.
Total aset Krakatau Steel pada Juni 2021 senilai US$ 3,59 miliar atau mengalami kenaikan dari US$ 3,48 miliar per akhir Desember 2020. Total aset berasal dari aset lancar senilai US$ 947,22 juta dan aset tidak lancar US$ 2,64 miliar.
Sementara total liabilitas senilai US$ 3,18 miliar per Juni 2021 atau mengalami kenaikan dari US$ 3,02 miliar pada Desember 2020. Liabilitas berasal dari jangka pendek senilai US$ 948,55 juta, sedangkan jangka panjang mencapai US$ 2,23 miliar.