Bill Gates Minat Kerja Sama Teknologi Vaksin mRNA dengan Bio Farma

Arief Kamaludin|KATADATA
Bill Gates, Pemilik Microsoft
Penulis: Lavinda
3/11/2021, 16.26 WIB

Tokoh pendiri Microsoft, William Henry Gates III atau biasa dikenal dengan Bill Gates, berminat bekerja sama dengan PT Bio Farma (Persero) dalam alih teknologi pengembangan vaksin messenger ribonucleic acid (mRNA). Kerja sama akan dilakukan melalui yayasan sosialnya, Gates Foundation. 

Hal ini disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir usai bertemu dengan Bill Gates di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia. 

Erick mengatakan ini merupakan pengakuan atas kapasitas Bio Farma yang berperan besar dalam proses produksi dan distribusi vaksin Covid-19, sehingga program vaksinasi nasional berjalan lancar.

"Saya yakin kita akan mampu mendorong produk bioteknologi Tanah Air semakin berkembang, sehingga kemandirian kesehatan Indonesia segera terwujud," tulis Erick dalam akun Instagramnya yang diunggah pada Rabu (3/11).

Tak hanya Erick, pertemuan tersebut juga dihadiri Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani, mewakili Presiden Joko Widodo. 

Selain berdiskusi mengenai kerja sama tersebut, Bill Gates dan seluruh peserta pertemuan juga membahas isu perubahan iklim. Bill Gates dikenal sebagai pengembang perangkat lunak sekaligus pengusaha, investor, sekaligus filantropis.

Saat ini, PT Bio Farma memproduksi 267 juta dosis vaksin per tahun. Salah satu perusahaan nasional PT Etana Biotechnologies Indonesia di Pulo Gadung, Jakarta, menggandeng Walvax Biotechnology asal Tiongkok untuk memproduksi vaksin Covid-19 berbasis mRNA.

Walvax terlibat dalam riset, pengembangan, produksi, monoclonal antibodi, hingga produk darah. Walvax ini terlibat dalam proyek pengembangan vaksin Covid-19 berbasis mRNA bernama ARcoVax di Tiongkok.

Selain Walvax, vaksin dikembangkan bersama oleh Akademi Ilmu Kedokteran Militer, dan Suzhou ABOGEN. ARcoVax itu akan diproduksi massal di pabrik dengan investasi 520 juta yuan. Rencananya produksi pertama pada Oktober dari pabrik di Provinsi Yunnan dengan kapasitas 200 juta dosis per tahun.

Sebelumnya, Indonesia menawarkan diri menjadi hub produksi vaksin virus corona untuk berkontribusi pada rantai pasokan global. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan optimistis World Health Organization atau WHO memilih Indonesia untuk menjadi pusat vaksin global, menyusul Afrika Selatan.

Sebagai persiapan langkah tersebut, Budi mengatakan akan memulai inisiatif dengan memprioritaskan pembelian vaksin Covid-19 dari perusahaan yang mendirikan fasilitas di Indonesia.

“Kami bekerja sama dengan WHO untuk menjadi salah satu pusat manufaktur global vaksin mRNA,” kata Menkes Budi, dikutip dari Reuters, Kamis (16/9).

Budi optimistis Indonesia menjadi pusat vaksin global menyusul Afrika Selatan yang menjadi lokasi pertama. “WHO telah menunjuk Afrika Selatan sebagai lokasi pertama, dan saya mengatakan bahwa secara logis Indonesia harus menjadi yang kedua,” ujar Budi.