Manajemen PT Bakrie & Brothers Tbk memastikan bus listrik yang diproduksi anak usahanya, PT Bakrie Autoparts, akan beroperasi paling lambat awal 2022. Induk usaha Grup Bakrie ini meyakini bisnis bus listrik dengan merek dagang Vektor tersebut akan menjadi salah satu sumber pendapatan baru yang signifikan pada tahun depan.
Presiden Direktur Bakrie & Brothers Anindya Bakrie mengatakan, perusahaan menyiapkan modal kerja US$ 30 juta atau setara Rp 428,9 miliar (Asumsi kurs Rp 14.299/US$) untuk mengembangkan proyek bus listrik.
"Kami membuat pabrik untuk bisa melakukan import substitution (pelengkap impor) dari segi komponen-komponennya," kata Anindya dalam paparan publik perseroan, Jumat (10/12).
Anindya menjelaskan pengembangan dan pendanaan Vektor merupakan hasil kerja sama dengan mitra strategis perseroan, yakni Quantum Ventures. Selain itu, perseroan bekerja sama dengan produsen kendaraan listrik asal China, yakni BYD Motors Inc.
Bakrie dan BYD menyepakati 4 tahap pengembangan serta produksi bus listrik ke depan. Pertama, melakukan impor bus dan unjuk produk. Kedua, penetrasi pasar. Ketiga, melakukan komersialisasi awal dan manufaktur. Keempat, komersialisasi penuh.
Anindya mengatakan, tujuan akhir Vektor adalah menjadi pengolahan peralatan orisinil atau original equipment manufacturer (OEM) bagi kendaraan berat berbasis listrik atau heavy mobility electic vehicle di dalam negeri.
Menurutnya, hal itu dimungkinkan lantaran cadangan nikel dan cobalt nasional cukup banyak. Dengan kata lain, Indonesia memiliki keuntungan untuk memiliki rantai pasok kendaraan elektrik.
"Kalau performa baik, Vektor bisa (menjadi) salah satu andalan kami ke depan untuk unlocking potential," kata Anindya.
Hingga kuartal III 2021, kontribusi Bakrie Autoparts telah naik menjadi 29% dari realisasi periode yang sama tahun lalu sebesar 13%. Alhasil, kontribusi pendapatan dari PT Bakrie Pipe Industries berkurang menjadi 46%.
Sebelumnya, Bakrie Autoparts menyatakan dapat memasok 100 unit bus listrik untuk digunakan oleh Transjakarta pada 2021. Sebanyak 20 unit di antaranya, sudah siap digunakan pada Juni 2021.
Spesifikasi dan kapasitas bus yang digunakan tersebut memiliki lantai rendah (low deck) dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 30%. Rencananya, bus listrik tersebut digunakan untuk penggunaan di rute-rute Transjakarta yang sudah ada.
Salah satu cara untuk meningkatkan komponen lokal bus BNBR adalah membangun fasilitas kendaraan listrik di atas lahan seluas 5 hektare di Bakauheni, Lampung pada akhir tahun 2021. Pembangunan fasilitas perakitan (assembly line) ini diperkirakan menghabiskan waktu enam bulan dengan nilai investasi sekitar US$ 50 juta.
Ke depan, Anindya optimistis perseroan dapat mulai mencetak laba bersih pada 2022. Menurutnya, roda perputaran ekonomi domestik akan membaik pada tahun depan dan pada akhirnya akan tercermin pada EBITDA perseroan.
Berdasarkan paparan perseroan, emiten berkode saham BNBR ini membukukan lonjakan pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) Rp 78 miliar sampai kuartal III 2021, atau naik 358% dari capaian periode yang sama tahun lalu Rp 17 miliar. Kemudian, rugi bersih perseroan menyusut 81,25% menjadi Rp 45 miliar.
"Ini murni dari sisi penghematan (biaya operasional), tapi juga perlu kami kasih kredit ke bisnis (PT Bakrie) Autoparts dan bisnis IT (PT Bakrie Indo Infrastructure) yang pendapatannya bertambah," kata Anindya.