Intikeramik Incar Omzet 2022 Naik 40% Dipicu Bisnis Keramik dan Hotel

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nz
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
16/12/2021, 17.54 WIB

Selain itu, perusahaan juga akan berfokus meningkatkan okupansi properti hotel yang dimilikinya. Saat ini, dua dari tiga hotel perseroan telah memiliki okupansi lebih dari 90% per November 2021. Secara rinci, Swiss-Belhotel Bogor memiliki okupansi sebanyak 93%, Swiss-Belhotel Medan hingga 94%, sedangkan Saka Hotel Medan masih di level 59%. 

Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan Intikeramik naik 161,71% menjadi Rp 128,31 miliar hingga September 2021 dari raihan periode yang sama tahun lalu Rp 49,03 miliar. Adapun, laba kotor tercatat tumbuh 82,3% menjadi Rp 55,85 triliun.

Pendapatan perseroan selama Januari-September 2021 merupakan capaian terbaik dalam lima tahun terakhir. Hal itu disebabkan peningkatan area jangkauan distribusi keramik dan digitalisasi. 

Adapun, rugi bersih perseroan membaik 12.03% dari capaian sembilan bulan pertama 2020 senilai Rp 58,33 miliar menjadi Rp 51,31 miliar. Untuk membukukan laba, perseroan menargetkan pendapatan perseroan tumbuh 40%. 

Berdasarkan data Stockbit, harga saham IKAI konsisten stagnan di level Rp 50 per saham secara tahun berjalan. Posisi itu tidak berubah sejak 7 Februari 2020. Saham IKAI terakhir bergerak pada 2 Januari 2018 hingga 27 Januari 2020. Saham IKAI pernah menyentuh level Rp 295 per saham pada 16 April 2018. 

Adapun, rasio harga saham terhadap laba atau price to earning (PE) IKAI konsisten bergerak di zona merah atau di kisaran minus 11 kali. Saat ini, rasio PE IKAI adalah minus 10 kali. 

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief