PT Astra International Tbk (ASII) mulai merambah ke bisnis kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan aksi pembelian 30 juta saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dengan nilai investasi Rp 45 miliar.
Berdasarkan pengumuman tertulis, pengelola Rumah Sakit Hermina ini melakukann aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (THMETD) atau private placement. perusahaan menawarkan saham baru dengan nilai nominal Rp 30 per saham dan harga pelaksanaan Rp 1.500 per saham.
"Saham baru dicatatkan dalam papan bursa pada Kamis, 7 April 2022," demikian pengumuman tertulis Medikaloka Hermina yang terbit Jumat (8/4).
Dana hasil penerbitan saham baru akan digunakan Hermina untuk memenuhi kebutuhan modal kerja dan belanja modal perusahaan.
Setelah aksi korporasi ini dilakukan, total saham yang tercatat meningkat dari semula 14,89 miliar saham menjadi 14,92 miliar saham.
Sebelumnya, Hermina melakukan aksi pembelian kembali (buyback) saham setidaknya sebanyak sembilan kali dalam kurun 2021-2022. Setiap kali menjalankan aksinya, perusahaan menganggarkan dana maksimal Rp 100 miliar untuk menyerap saham perusahaan.
Aksi paling baru dilakukan pada awal Maret lalu. "Perseroan membatasi harga pembelian kembali saham sebesar maksimum Rp 1.450 per lembar saham," kata Direktur Medikaloka Hermina Aristo Setiawidjaja dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (1/3).
Aristo mengatakan, rencana pelaksanaan buyback saham tidak berdampak terhadap pendapatan perseroan. Pasalnya, perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang memadai untuk melaksanakan rencana pembelian kembali saham.
Selain itu, ia menyebut, pembelian kembali saham dapat menstabilkan harga dalam kondisi pasar yang fluktuatif, serta dapat memberi fleksibilitas bagi perseroan dalam mengelola modal jangka panjang, di mana saham tresuri dapat dijual di masa yang akan datang dengan nilai yang optimal jika perseroan memerlukan penambahan modal.
Namun, Aristo menambahkan, dengan adanya perubahan pada jumlah saham yang beredar, maka rencana pembelian kembali saham berdampak secara tidak signifikan terhadap laba per saham perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan Hermina, total ekuitas naik 23,2% menjadi Rp 4,1 triliun per September 2021 dari posisi Rp 3,38 triliun pada akhir 2020. Sementara itu, liabilitas juga tercatat tumbuh 11,7% menjadi Rp 3,32 triliun dari sebelumnya Rp 2,97 triliun pada akhir 2020.
Di sisi lain, perseroan membukukan pertumbuhan laba sebesar 187% secara tahunan pada Januari hingga September menjadi Rp 1 triliun dari sebelumnya Rp 349 miliar pada periode yang sama tahun 2020. Pertumbuhan itu didorong naiknya pendapatan sebesar 60,5% menjadi Rp 4,6 triliun.