Setelah Bertahun-tahun Rugi, IATA Raup Untung Rp135 M Kuartal I 2022

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk di pelabuhan. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Penulis: Lavinda
21/4/2022, 13.08 WIB

PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) mencatat laba bersih sebesar US$ 9,43 juta atau setara Rp 135,32 miliar (Rp 14.351/US4) pada kuartal I 2022, dari sebelumnya rugi bersih US$ 1,3 juta atau setara Rp 18,65 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Entitas Grup MNC ini akhirnya meraup keuntungan, setelah mengalami kerugian bertahun-tahun sebelumnya.

Peningkatan kinerja awal tahun ini dikontribusi oleh langkah perusahaan mengakuisisi PT Bhakti Coal Resources (BCR), perusahaan pemilik sembilan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. BCR baru tercatat dalam laporan keuangan IATA mulai 1 Desember 2021.

Berdasarkan keterangan perusahaan, pada kuartal I 2022, IATA mencatat pendapatan sebesar US$ 40,41 juta, atau meroket 2.543% dibanding US$ 1,52 juta pada kuartal yang sama tahun lalu.

Seiring dengan kenaikan pendapatan, EBITDA perusahaan juga meroket tajam dari sebelumnya negatif US$ 260 ribu menjadi positif US$ 23,47 juta. 

"Kinerja kuartal I 2022 bahkan lebih unggul dari kinerja keuangan sepanjang 2021," ujar manajemen IATA dalam keterangan tertulis, Kamis (21/4).

Executive Chairman of MNC Group, Hary Tanoesoedibjo mengatakan, pihaknya melihat perubahan drastis pada 2021 ketika terjadi masa normal baru atau new normal. Maka itu, pihaknya mengambil lompatan untuk mengubah IATA dari semula perusahaan penerbangan menjadi perusahaan energi.

"Baru-baru ini, perseroan memperluas portofolio energi masuk ke sektor minyak dan gas. Kami berharap dapat menjajaki peluang investasi lain di sektor energi, seperti sumber daya terbarukan," kata Hary dalam keterangan tertulisnya.

Terkait kinerja Operasional, BCR mencatatkan produksi 852.322 MT pada kuartal I 2022, atau naik 95,4% dibanding produksi kuartal I 2021 sebanyak 436.251 MT. Salah satu IUP, yakni PT Putra Muba Coal (PMC) menyumbang 66.9% dari total produksi BCR kuartal I ini.

Penjualan batu bara meningkat seiring peningkatan produksi. Perseroan mencatat penjualan sebesar 823.543 MT pada kuartal I 2022, naik 70,3% dibanding 483.719 MT pada kuartal yang sama tahun lalu. China, India, Vietnam, Thailand dan Malaysia merupakan negara tujuan ekspor batu bara perseroan.

Peningkatan produksi ini memanfaatkan momentum tingginya permintaan dan harga batu bara di pasar internasional. Peningkatan ini tidak luput dari beberapa faktor, antara lain: Pertama, harga gas dan minyak yang tinggi sehingga banyak yang beralih ke batu bara.

Kedua, embargo komoditas energi Rusia akibat invasi Rusia ke Ukraina. Ketiga, energi yang terbarukan masih belum dapat diandalkan untuk menggantikan peran batu bara. Keempat, pemulihan ekonomi pasca pelonggaran lockdown Covid-19.

Sepanjang 2022, BCR menargetkan produksi sebesar 7,8 juta MT dari empat IUP yang dimiliki yakni, PMC, PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC), PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE), PT Arthaco Prima Energi (APE). Khusus area tambang IBPE dan APE akan mulai beroperasi pada kuartal kedua tahun ini.