Laba Bersih PT PPA Naik 58%, Dua Lembaga Rating Beri Prospek Stabil

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Menteri BUMN Erick Thohir (kedua kiri) didampingi Direktur Utama Danareksa Arisudono Soerono (kiri), Direktur Utama Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Yadi Jaya Ruchandi (kedua kanan) dan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga (kanan) menyampaikan konferensi pers di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (17/3/2022).
4/8/2022, 20.10 WIB

PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 58% secara tahunan pada semester I 2022. Sementara itu, laba usaha konsolidasi tercatat melonjak hingga 187%, dibanding laba usaha periode yang sama.

Bersamaan dengan hasil kinerja keuangan PPA pada paruh pertama 2022, perusahaan milik negara ini mendapat pengakuan dari dua lembaga pemeringkat internasional, yaitu Standars & Poor's (S&P) Global Ratings dan Fitch Ratings.

Dalam hal ini, S&P Global Ratings menaikkan peringkat prospek jangka panjang PPA menjadi 'Stabil'. Lembaga pemeringkat juga meningkatkan profil kredit mandiri atau stand alone credit profile (SACP) PPA serta menegaskan issuer credit ratings PPA dengan predikat BB/B.

Sementara itu, Fitch Ratings juga memberi prospek stabil dan menaikkan SACP PPA karena adanya peningkatan profil keuangan perusahaan. Fitch Ratings memberi penilaian AA (idn) atas obligasi nasional yang diterbitkan PPA. Peringkat ini menunjukkan tingkat risiko gagal bayar yang rendah dibandingkan emiten atau obligasi lain.

Direktur Utama PPA, Yadi Jaya Ruchandi, mengatakan PPA telah melakukan sejumlah langkah strategis untuk menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Pertumbuhan tersebut mulai dari transformasi organisasi, penguatan struktur permodalan dan likuiditas. Selain itu, penyempurnaan proses bisnis, penguatan manajemen risiko, hingga perbaikan kualitas portfolio aset.

"Afirmasi dari S&P Global Ratings dan Fitch Ratings memberikan motivasi bagi kami untuk terus memperbaiki dan meningkatkan kinerja perusahaan,”katanya dalam keterangan resmi, pada Kamis (4/8).

S&P Global Ratings menilai penguatan peringkat PPA merefleksikan peningkatan struktur permodalan perusahaan yang mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah. Lembaga pemeringkat internasional itu juga berpendapat, PPA memiliki basis permodalan yang kuat dengan pendekatan yang lebih hati-hati terhadap pertumbuhan aset, meskipun ada tantangan ekonomi dari faktor eksternal.

Manajemen PPA juga dinilai mampu mengendalikan volatilitas yang terjadi, bahkan mampu menginisiasi fase ekspansi yang sejalan dengan rencana transformasi Perusahaan.

Dalam laporan riset yang berbeda, Fitch Ratings menilai status, kepemilikan, dan kontrol yang sangat kuat dari pemerintah menjadi faktor penentu yang menunjukkan dukungan penuh terhadap PPA. Selain itu, PPA dinilai berada di lingkungan operasi yang stabil tanpa persaingan pasar yang signifikan.

Risiko Kelola Sektor Perbankan

Yadi menjelaskan, PPA memiliki rekam jejak dalam pengelolaan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) perbankan di Indonesia. Salah satunya, menjalankan skema off-balance sheet sebagai solusi dalam menyelesaikan aset berkualitas rendah PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Seperti diketahui, PPA memiliki peran sebagai instrumen strategis dalam mengoptimalisasi nilai dari aset-aset BUMN maupun ekosistem BUMN melalui tiga pilar bisnis utama.

Ketiga pilar tersebut yaitu restrukturisasi & revitalisasi BUMN, pengelolaan non-performing loan (NPL) perbankan, serta solusi investasi special situations fund (SSF).

PPA sedang menjajaki kerja sama dalam pengelolaan NPL dengan sejumlah bank. Dari pilar bisnis SSF, PPA telah melakukan sejumlah langkah strategis untuk mengoptimalisasi nilai dari ekosistem BUMN melalui solusi advisory dan investasi.

Terkait upaya PPA mengelola perbankan, S&P Global Ratings menyoroti risiko yang dihadapi sektor perbankan tetap tinggi pasca pandemi, terutama setelah perpanjangan masa relaksasi restrukturisasi kredit perbankan berakhir pada 31 Maret 2023.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail