Dirut BRI Paparkan 6 Faktor yang Mengubah Bisnis Perbankan Tahun Ini

BRI
BRI akan membagikan dividen interim senilai Rp 8,63 triliun
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia
24/1/2023, 14.57 WIB

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso mengatakan terdapat perubahan perilaku pada nasabah di tahun 2023 seiring meningkatnya transaksi digital. Perubahan perilaku tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tren industri perbankan Indonesia.

BRI pun berdasarkan analisa menjelaskan ada enam faktor utama yang akan mempengaruhi tren industri perbankan di Indonesia. 

Pertama, terdapat perubahan perilaku nasabah dari pembayaran uang tunai menjadi digital payment. “Jadi transaksi digital payment meningkat lebih dari 30%, sedangkan transaksi cash turun tinggal 10% saja,” ujar Sunarso dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Selasa (24/1).

Kedua, transformasi perilaku tersebut menyebabkan pengaruh lain pada industri perbankan di Indonesia. Yakni kompetisi dengan perusahaan teknologi finansial atau financial technology (fintech). “Jadi persaingan yang semakin ketat seiring dengan hadirnya pemain non bank seperti fintech dengan berbagai dinamikanya,” kata Sunarso.

Sedangkan faktor ketiga lainnya yang mempengaruhi nasib bisnis perbankan Indonesia adalah bonus demografi penduduk. Sunarso menjelaskan saat ini tren jumlah penduduk usia produktif meningkat mencapai 64% pada tahun 2030. 

Hal tersebut bisa jadi tantangan namun juga peluang jika pemerintah bisa mengelola potensi Sumber Daya Manusia (SDM) dengan baik.

“Ini sudah barang tentu adalah hal yang positif kalau bisa mengelolanya,” ujar Sunarso.

Faktor keempat yang mempengaruhi industri perbankan adalah implementasi ESG atau bisnis berkelanjutan. Apalagi saat ini para investor berfokus pada aspek ESG yang berpengaruh terhadap perubahan tata kelola dan bisnis perbankan.

Selain itu faktor kelima yakni suku bunga rendah pada tren penurunan kredit berdampak pada NIM yang tertekan. Dalam hal ini perbankan didorong untuk memperluas fungsi intermediasinya.

"Kalau kita lihat di 2010 itu NIM bisa lebih dari 10%, tapi di 2022 hanya sekitar 6%. Kalau mau tambah besar berarti harus cari nasabah sebanyak-banyaknya, kira-kita begitu," kata dia.

Terakhir keenam adalah penggunaan data dan teknologi yang semakin dominan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perbankan Indonesia. Dalam hal ini, penggunaan data analitik untuk mempercepat proses bisnis kredit pemasaran dan underwriting.

Reporter: Zahwa Madjid