PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) raih pernyataan efektif Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Pernyataan itu didapatkan pada 31 Januari 2023 setelah rencana tersebut diumumkan pada November 2022.
Termasuk usai konglomerat pemilik MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengundurkan diri dari posisinya sebagai direktur utama PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) pada 26 Januari 2023.
Pengunduran diri orang nomor wahid di MNC Group tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 6 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor 33/POJK.04/2014 tentang direksi, dan dewan komisaris emiten. Di mana merujuk regulasi tersebut, perusahaan publik yang menerapkan pembatasan bagi direksi perusahaan publik untuk menjabat maksimal dua perusahaan publik.
“Kami sangat senang dengan kabar dari Otoritas Jasa Keuangan. Hasil dari HMETD ini sebagian akan digunakan untuk pembayaran surat sanggup yang dikeluarkan oleh MNCN dan IPTV untuk transaksi konsilidasi aset digital milik MNC Media ke dalam MSIN, yang kami yakin dapat meningkatan performa perseroan dalam jangka waktu panjang,” kata Executive Chairman MNC Group Hary Tanoe dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (3/2).
MNC Digital akan menerbitkan 1,14 miliar saham baru, di mana setiap pemegang 10 saham yang namanya tercatat sebagai pemegang saham perseroan pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 10 Februari 2023 berhak mendapatkan 1 HMETD.
Untuk setiap 1 HMETD diberikan kebebasan untuk membeli 1 saham baru yang ditawarkan dengan harga pelaksanaan Rp 4.900 per saham yang harus dibayar lunas pada saat pengajuan perintah pelaksanaan HMETD. Adapun dana yang diraih dari aksi ini sebanyak-banyaknya Rp 5,6 triliun.
Adapun pencatatan efek rights issue ini di Bursa akan dilakukan pada 14 Februari 2023.
Dana yang dihasilkan akan digunakan untuk pelunasan terhadap sebagian atau seluruh pembayaran atas surat sanggup kepada PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) & MNC Vision Networks Tbk (IPTV), untuk proses akuisisi RCTI+, 7 portal umum dan berita, dan Vision+ dengan total nilai Rp 3,38 triliun.
Lalu ekspansi bisnis keberlanjutan perseroan, namun tidak terbatas pada potensi aliansi dan atau kerja sama dengan pihak ketiga. Hal itu demi meningkatkan cakupan operasional perseroan di luar Indonesia.
“Selain itu, kami juga akan menggunakan dana tersebut untuk ekspansi bisnis melalui kemungkinan untuk kemitraan dengan pemain global yang kami optimis dapat menambahkan nilai dan keuntungan untuk perseroan,” ujar Hary Tanoe.
Selain itu untuk modal kerja guna meningkatkan output konten yang dihasilkan oleh perseroan. Dalam bentuk video, audio, artikel/text, game, dan lainnya untuk seluruh platform yang ada di bawah naungan perseroan dan dengan secara berkelanjutan memperkaya fitur-fitur yang ada di dalam platform tersebut.
Mengacu pada halaman 7 pada prospektus penerbitan HMETD MSIN, disebutkan bahwa ada pengurangan nilai sebesar Rp 2,4 triliun di dalam segmen laba bersih pasca periode penyesuaian proforma untuk tahun yang berakhir pada Juni 2022.
Dampak penyesuaian tersebut disebabkan oleh penerapan PSAK 38 paragraf 12 yang mengacu kepada akuisisi RCTI+, 7 portal umum dan berita, dan Vision+, dengan asumsi terjadi pada periode sebelumnya (2021 dan 2020).
Dengan demikian, selisih hasil kepemilikan kolektif RCTI+, 7 portal umum & berita, dan Vision+ dicatat oleh perseroan sebagai efek dari penyesuaian proforma (tidak termasuk laba usaha). Selanjutnya, untuk lebih memahami laba bersih operasional perseroan, dapat dilihat pada keterangan sebelum penyesuaian di atas, pada periode yang berakhir di bulan Juni 2022 yang tercatat sebesar Rp 280 miliar.
MSIN adalah grup konten dan hiburan digital terintegrasi. Perseroan berfokus pada produksi dan distribusi konten dan IP dalam berbagai format untuk berbagai platform media, platform digital, media sosial, serta game dan e-sports.