Kejar Produksi Nikel 15 Juta MT, Hillcon Bidik Pendapatan Rp 6 T
PT Hillcon Tbk (HILL) targetkan pendapatan hingga Rp 6 triliun di sepanjang tahun 2023. Sedangkan untuk laba bersih perseroan menargetkan akan mengantongi Rp 800 miliar.
Direktur Keuangan Hillcon Jaya Angdika mengatakan, target tersebut akan meningkat dari pendapatan tahun 2022 yakni sekitar Rp 3 triliun.
Jika dilihat dari laporan keuangan perseroan, per September 2022 HILL mencatatkan pendapatan hingga Rp 2,1 triliun sedangkan laba bersih tahun berjalan Rp 260 miliar.
Adapun target pendapatan tersebut juga akan didukung oleh volume produksi nikel yang ditargetkan akan menyentuh 15 juta metrik ton.
“Perkembangan ini untuk nikel single rate jadi kita mencatatkan pendapatan berdasarkan volume produksi. Kan saat ini 9 juta metrik ton nanti tahun ini kita harapkan bisa 15 juta metrik ton. Kita harapkan bisa terus bertambah terus,” kata Jaya dalam konferensi pers di BEI, Jakarta, Rabu (1/3).
Namun hingga tahun ini pendapatan Hillcon masih didominasi oleh penambangan batu bara yakni sekitar 55%. Meski begitu perseroan optimis dalam lima tahun yang akan datang permintaan nikel ore akan bertambah hingga tiga kali lipat.
“Jadi 5 tahun kedepan permintaan nikel ore akan naik 3x lipat dan di Indonesia pemerintah sedang mendorong hilirisasi ini ke EV. Karena Presiden Jokowi sangat mendorong supaya pabrik baterai di Indonesia seperti LG dan Tesla di Indonesia karena cost production-nya rendah kita punya biji ore, smelter pemurnian-nya ada dekat,” ujar dia.
Nikel ore adalah bahan baku untuk diolah menjadi beberapa jenis nikel seperti feronikel yang digunakan untuk membuat baja anti karat (stainless steel)
Sebagai produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia diprediksi akan memproduksi sekitar 1,2 juta ton nikel pada tahun 2022 atau setara dengan 37,5% dari total produksi global. Indonesia juga merupakan produsen stainless steel terbesar kedua di dunia setelah Cina.
Dalam hal cadangan nikel, Indonesia memiliki pangsa sebesar 22% atau setara dengan 21 juta ton nikel metal. Lalu diprediksi akan tetap menjadi penyumbang terbesar pasokan bijih nikel dan nikel jadi di dunia dengan perkiraan pangsa pasar mencapai 38% pada tahun 2024.