Laba Jumbo di Januari, Ini Target Harga Saham BBCA, BBRI, BMRI, BBNI

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.
Nasabah melakukan transaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) kawasan Jakarta Selatan, Senin (9/1/2023). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan sebesar Rp7.974 triliun pada November 2022, tumbuh 6,61 persen dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp7.479,5 triliun.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia
7/3/2023, 13.09 WIB

PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memberikan peringkat overweight pada saham perbankan. Sebagai informasi Istilah overweight saham sering muncul ketika kondisi saham diprediksi akan mengalami kenaikan melebihi saham lainnya dari sektor yang sama. 

Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo mengatakan, terdapat beberapa faktor yang menjadikan pihaknya memberikan overweight pada sektor saham perbankan. Yakni beberapa perbankan Tanah Air dapat membukukan kinerja secara tahunan yang baik.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan rekor laba bersih Rp 40,7 triliun sepanjang 2022, melesat 29,6% dari 2021. Lonjakan laba bank tersebut jelas Handiman utamanya karena ditopang kuatnya pertumbuhan bunga yang mencapai 9,8%, lebih rendahnya biaya bunga yang turun 12,6% dan menurunnya biaya provisi yang turun 51,5%. 

Sedangkan pada Januari 2023, BCA meraih laba bersih Rp 4,7 triliun atau naik 32,2% secara tahunan. Kenaikan didorong salah satunya oleh pertumbuhan pendapatan bunga yang kuat 25,9%.

Selain itu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga berhasil mencatatkan rekor laba tertinggi yakni Rp 51,2 triliun pada 2022, atau melesat 64,7% dari 2021. Lonjakan laba bank yang berfokus di segmen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini juga ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang naik 9,2%, pendapatan non bunga melesat 16,7%, seiring dengan biaya provisi yang anjlok 23,5%. 

Sedangkan pada Januari 2023, BRI meraih laba bersih Rp 4,3 triliun atau naik tipis 2,6%. Didukung pertumbuhan pendapatan bunga yang kuat 19,7% diimbangi dengan pertumbuhan beban bunga yang jauh lebih tinggi 73,0% yang menghasilkan pertumbuhan NII satu digit sebesar 9,3%.

Rekor serupa juga dicatatkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Handiman menyatakan bank pelat merah itu juga membukukan rekor laba bersih tertinggi Rp 41,2 triliun di 2022, atau meroket 46,9% dari 2021. Laba BMRI utamanya ditopang pertumbuhan pendapatan bunga yang melesat 15%, beban bunga yang dikelola menurun 0,8% dan lebih biaya provisi yang merosot 17,8%. 

Sedangkan pada Januari 2023, Bank Mandiri meraih laba bersih Rp 3,7 triliun atau naik 24,9%. Didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga yang kuat 22,3% meskipun sedikit diimbangi oleh pertumbuhan beban bunga yang naik 56%.

Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) meskipun sedikit tertahan pada kuartal IV 2022 akibat melesatnya biaya operasi dan biaya bunga, namun BBNI berhasil mencatatkan rekor tertinggi baru laba bersih Rp 18,3 triliun di 2022. Nilai itu terbang 68% dibandingkan 2021. Lonjakan laba BBNI karena ditopang pendapatan bunga yang naik 9,3%, pendapatan non bunga melesat 12,3% dan biaya provisi yang anjlok 38,7%.

Sedangkan pada Januari 2023, BNI meraih laba bersih Rp 1,7 triliun atau naik 32%. Pertumbuhan bunga yang tinggi 20,2% diimbangi oleh pertumbuhan beban bunga 50,6% sehingga pertumbuhan NII hanya sebesar 10,4%.

 “BBCA, BMRI, dan BBNI membukukan pertumbuhan laba bersih dua digit yang mengesankan, sementara pertumbuhan laba bersih BBRI datar, terseret oleh beban pencadangan yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, kinerja secara umum sejalan dengan perkiraan kami dan konsensus,” kata Handiman dalam risetnya, Selasa (7/3).

Selain itu, penyesuaian imbal hasil aset akan terus menguntungkan bank di tengah tekanan biaya dana yang meningkat. Pertumbuhan kredit diperkirakan akan stabil dalam dua bulan ke depan menjelang bulan Ramadhan.

Sebagian besar bank menambahkan biaya provisi karena relaksasi kebijakan restrukturisasi pinjaman Covid-19 berakhir pada bulan Maret.

Pertumbuhan kredit melambat menjadi tumbuh 10,5% secara tahunan dan menjadikan total kredit Rp 6.310 triliun. 

Suku bunga kredit rupiah naik menjadi 13,15% sedangkan suku bunga kredit dolar sedikit menurun menjadi 5,45%.

“Mengingat efek musiman, NPL gross meningkat menjadi 2,59%. Sementara itu, kredit yang direstrukturisasi akibat Covid-19 turun menjadi Rp 435,7 triliun di bulan Januari,” kata Handiman.

Pertumbuhan simpanan melambat menjadi tumbuh 8,0% mencapai Rp 7.994 triliun. Loan to Deposit Rasio (LDR) naik menjadi 79,3% per Januari. Sebelumnya pada Desember 2022 78,8%.

“Likuiditas yang cukup dan rasio CASA yang membaik dapat membantu bank menangani tekanan dana murah dari suku bunga acuan yang lebih tinggi,” ujar Handiman.

Mirae Asset Sekuritas pun merekomendasikan BBCA dan BMRI sebagai pilihan teratas karena pertumbuhan kinerja yang kuat dan kualitas aset yang lebih baik. BBCA dengan target harga Rp 10.100, BBRI Rp 6.100, BMRI Rp 12.300, dan BBNI Rp 12.500 per sahamnya.

"Kami meningkatkan rating BBCA dari trading beli menjadi beli dengan target harga tetap," ucapnya.

Reporter: Zahwa Madjid